Ilmuwan David Baker, John Jumper dan Demis Hassabis telah memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang kimia tahun 2024 atas karya mereka pada protein, bahan penyusun kehidupan yang ditemukan di setiap sel tubuh.
Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia pada Rabu (9/10/2024) mengumumkan separuh dari hadiah tersebut diberikan kepada Baker “untuk desain protein komputasional” dan separuh lainnya diberikan bersama-sama kepada Hassabis dan Jumper “untuk prediksi struktur protein”.
Sementara Baker membangun jenis protein yang benar-benar baru, Hassabis dan Jumper mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) untuk memecahkan masalah berusia 50 tahun yakni memprediksi struktur kompleks protein.
Heiner Linke, Ketua KLomite Nobel untuk Kimia, mengatakan para ilmuwan telah lama bermimpi untuk memprediksi struktur tiga dimensi protein. Pada 2020, Hassabis dan Jumper “berhasil memecahkan kode tersebut dengan menggunakan kecerdasan buatan secara terampil. Mereka memungkinkan untuk memprediksi struktur kompleks dari hampir semua protein yang dikenal di alam,” kata Linke.
“Mimpi lain para ilmuwan adalah membangun protein baru untuk mempelajari cara menggunakan alat serbaguna alam untuk tujuan kita sendiri,” katanya tentang “masalah” yang dipecahkan Baker.
“Ia mengembangkan perangkat komputasi yang kini memungkinkan para ilmuwan merancang protein baru yang spektakuler dengan bentuk dan fungsi yang sama sekali baru, membuka kemungkinan tak terbatas untuk manfaat terbesar bagi umat manusia.”
Baker bekerja di Universitas Washington di Seattle, Amerika Serikat, sementara Hassabis dan Jumper bekerja di Google DeepMind, laboratorium AI milik raksasa teknologi itu, di London. “Saya benar-benar gembira dengan semua cara di mana desain protein menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik dalam hal kesehatan, kedokteran, dan, sejujurnya, teknologi luar,” kata Baker, saat berbicara kepada para jurnalis saat pengumuman penghargaan, melalui telepon.
Mengungkap Rahasia Protein
Para pemenang penghargaan ini berhasil mencapai apa yang telah lama diimpikan oleh para ahli kimia – “memahami dan menguasai sepenuhnya alat-alat kimia kehidupan yakni protein”, menurut panitia.
Hassabis, dari Inggris, dan Jumper, dari AS, menggunakan model AI mereka AlphaFold2 untuk menghitung struktur semua protein manusia. Mereka “juga meramalkan struktur hampir 200 juta protein yang sejauh ini telah ditemukan para peneliti saat memetakan organisme Bumi”, katanya.
AlphaFold2 telah digunakan oleh lebih dari dua juta orang dari 190 negara, juga membantu para peneliti lebih memahami resistensi antibiotik dan menciptakan gambar enzim yang dapat menguraikan plastik.
Protein pada umumnya terdiri dari 20 asam amino yang berbeda. Sejak tahun 2003, ketika Baker – seorang Amerika – berhasil menggunakan blok penyusun ini untuk merancang protein baru, kelompok penelitiannya telah menghasilkan protein yang dapat digunakan sebagai obat-obatan, vaksin, nanomaterial, dan sensor kecil.
Penghargaan kimia tahun lalu diberikan kepada Moungi Bawendi, Louis Brus dan Aleksey Ekimov atas penemuan mereka terhadap gugusan atom kecil yang dikenal sebagai titik kuantum. Saat ini banyak digunakan untuk menciptakan warna pada layar datar, lampu dioda pemancar cahaya (LED) dan perangkat yang membantu ahli bedah melihat pembuluh darah pada tumor.
Hadiah tersebut berupa uang tunai sebesar 11 juta kronor Swedia (sekitar Rp15 miliar) dari warisan yang ditinggalkan oleh pencipta penghargaan tersebut, penemu asal Swedia Alfred Nobel. Selain hadiah uang tunai, para pemenang akan diberikan medali oleh raja Swedia pada 10 Desember.
Pertama kali diberikan pada tahun 1901, 15 tahun setelah kematian Nobel, penghargaan ini dianugerahkan atas prestasi di bidang kedokteran, fisika, kimia, sastra, dan perdamaian.