Arena

Timnas Indonesia, Pengoleksi Runner-up Terbanyak Piala AFF

Timnas Indonesia telah menjalani hasil final leg-2 di Stadion Nasional Singapura, Sabtu (1/1/2022). Laga kedua ini berakhir dengan skor 2-2. Thailand berhasil merebut gelar juara dengan agregat skor 6-2. Itu kian memperkuat status tim Merah-Putih sebagai pengoleksi runner-up terbanyak di ajang dua tahunan tersebut, yakni setelah 2016, 2010, 2004, 2002, dan 2000.

Adapun hasil itu tak lepas dari kegagalan Indonesia mewujudkan mimpi membalikkan kedudukan pascakalah 0-4 dari Thailand dalam laga pertama final di Stadion Nasional Singapura, Rabu (29/12). Pada laga kedua di arena yang sama, Sabtu (1/1), tim Garuda hanya bisa bermain imbang 2-2 dengan Thailand.

Pelatih Indonesia Shin Tae-yong seusai laga mengatakan, ia mengakui Indonesia banyak kekurangan. Akan tetapi, para pemain pun menunjukkan sejumlah kelebihan, antara lain semangat juang untuk terus maju. Hal itu menjadi sisi positif untuk modal ke depan.

Apalagi skuad yang ada sekarang sebagian besar berusia muda. Kalau bisa terus berada dalam pelatihan dengan baik, mereka akan mendapatkan hasil lebih baik pada masa mendatang. ”Tulang punggung tim kami, seperti Anda lihat adalah para pemain muda. Mereka telah bermain dengan baik selama turnamen ini. Saya yakin hal-hal baik bakal menunggu tim ini di masa depan,” ujar pelatih asal Korea Selatan tersebut.

Bagi tim Gajah Perang, hasil itu mengantarkan mereka merebut trofi keenam di gelaran tersebut, yakni setelah 2016, 2014, 2002, 2000, dan 1996. ”Para pemain sudah melakukan pekerjaan fantastis. Mereka melakukan pekerjaan dengan nyaris sempurna. Saya sangat bangga dengan mereka. Saya sangat senang bisa membantu membawa kembali Piala AFF ke Thailand,” ujar pelatih Thailand Alexandre Polking.

Perubahan strategi

Dalam laga kali ini, Indonesia tetap menggunakan formasi 4-2-3-1. Hanya saja, Indonesia coba bermain lebih menyerang dengan seimbang. Untuk itu, gelandang Ricky Kambuaya ditarik mundur kembali ke posisi asalnya, yakni dari gelandang serang pada laga pertama final menjadi gelandang bertahan di laga kedua ini.

Headeraction - inilah.com

Adapun Witan Sulaeman digeser dari biasanya menjadi penyerang sayap menjadi penyerang lubang. Ramai Rumakiek di sayap kiri dan Egy Maulana Vikri di sayap kanan diberi kesempatan bermain sejak menit pertama setelah hanya turun dari bangku cadangan di laga sebelumnya.

Tulang punggung tim kami, seperti Anda lihat adalah para pemain muda. Mereka telah bermain dengan baik selama turnamen ini. Saya yakin hal-hal baik bakal menunggu tim ini di masa depan.

Pratama Arhan kembali bisa bermain dan langsung mengisi pos bek sayap kiri setelah absen karena akumulasi kartu kuning di laga pertama final. Alfeandra Dewangga ditarik lebih kebelakang, yakni dari gelandang bertahan di laga sebelumnya menjadi bek tengah menemani Fachruddin Aryanto.

Indonesia tidak bisa menurunkan empat pemain dalam laga ini, yakni bek Rizky Ridho, bek Elkan Baggot, bek Victor Igbonefo, dan gelandang Rizky Dwi Febrianto. Pemerintah Singapura melarang mereka bermain di final kedua karena melanggar aturan sistem gelembung pada 23 Desember 2021 lalu. Keputusan itu disampaikan kepada PSSI via surat elektronik, Jumat (31/12).

Sementara itu, Thailand banyak melakukan perombakan. Selain mengubah formasi dari 4-3-2-1 di laga pertama final menjadi 4-2-3-1 di laga kedua ini, mereka menurunkan lima pemain berbeda. Bek kiri Tristan Do, bek kanan Philip Roller, bek tengah Yusef Elias Dolah, gelandang Phitiwat Sukjitthammakul, dan gelandang Weerathep Pomphan susunan cadangan. Mereka langsung masuk bek kiri Theerathon Bunmathan, bek kanan Narubadin Weerawatnodom, bek tengah Pawee Tanthatemee, gelandang Sarach Yooyen, dan gelandang Thanawat Suengchitthawon.

Hanya bek Kritsada Kaman, gelandang sekaligus kapten tim Chanathip Songkrasin, sayap kiri Bordin Phala, sayap kanan Supachok Sarachat, dan penyerang Teerasil Dangda pemain inti di laga sebelumnya yang tetap pada kesempatan main sejak menit pertama laga kedua ini. Namun, Songkrasin yang menjadi bintang laga sebelumnya ke depan dari gelandang tengah menjadi gelandang serang.

Indonesia Bermain lebih Tenang

Pada awal babak pertama, para pemain Indonesia tampil dengan lebih percaya diri dan penuh antusiasme. Mereka berani mengambil inisiatif menyerang sejak menit awal. Mereka juga bersemangat untuk merebut bola setiap kali pemain Thailand menguasai bola.

Witanaction8 - inilah.com

Para pemain Indonesia seperti tidak merasakan demam panggung dan terbebani sedikitpun. Bahkan, mereka berani memainkan bola untuk mengatur rencana serangan dari belakang, tengah, sebelum ke sayap atau penyerang. Selain itu, beberapa kali, ada pemain yang mengeluarkan skill individu. Itu kondisi yang sangat bertolak belakang pada laga final pertama.

Puncaknya, Indonesia berhasil menciptakan gol lewat sepakan Ricky dari luar kotak penalti pada menit ketujuh. Gol itu bermula dari akselerasi Ramai yang menusuk sisi kanan pertahanan Thailand. Lalu, dia memberikan umpan kepada Witan di dalam kotak penalti. Sempat menguasai bola beberapa detik, Witan memberikan bola kepada Ricky yang tidak terkawal di luar kotak penalti.

Tak berpikir panjang, Ricky langsung melepaskan tembakan dalam sentuhan pertama. Tendangannya cukup deras menyusur rumput. Bola itu sempat tertahan oleh kiper Thailand Siwarak Tedsungnoen, tetapi tangkapannya tidak sempurna sehingga bola bergulir lagi dan mengarah ke gawangnya sendiri.

Walaupun masih bisa melakukan serangan dan membuat peluang cukup berbahaya, Thailand cukup tertekan dengan gaya permainan Indonesia yang berbeda. Aura wajah mereka tidak serileks di laga sebelumnya. Mereka terlihat lebih tegang mengarah panik.

Thailand kerepotan dengan peran Ricky sebagai gelandang box to box. Pemain asal Papua itu bisa memerankan tugasnya dengan sangat apik. Dia bisa memotong sejumlah serangan balik Thailand. Andai tidak diputus, serangan balik itu bisa berbahaya untuk pertahanan Indonesia yang cenderung rapuh. Kendati fokus mematahkan serangan lawan, dirinya pun masih bisa membantu serangan.

Secara keseluruhan, Thailand kesulitan membangun serangan dan kewalahan mengantisipasi serangan balik Indonesia. Mereka akhirnya memanfaatkan segala cara untuk menghentikan kecepatan pemain Indonesia, termasuk melakukan pelanggaran berat kepada Ramai yang sempat membuat Ramai dirawat sejenak di pinggir lapangan sekitar menit ke-23.

Thailand bangkit

Memasuki babak kedua, Thailand langsung melakukan tiga pergantian yang mengarah untuk bermain lebih menyerang. Mereka mengganti bek Pawee Tanthatemee dengan gelandang Weerathep Pomphan, gelandang Thanawat Suengchitthawon digantikan Phitiwat Sukjitthammakul, dan penyerang Teerasil Dangda menggantikan Adisak Kraisorn.

Perubahan taktik itu sangat efektif. Thailand bisa bermain lebih terbuka. Situasi lebih menguntungkan karena pertahanan Indonesia yang rapuh dan beberapa pemain sering melakukan kesalahan sendiri atau umpan tidak akurat.

Tidak butuh waktu lama, di menit ke-54, Thailand sukses menyamakan kedudukan melalui sepakan Kraisorn. Gol itu lahir dari kemelut di kotak penalti Indonesia. Dalam kemelut itu, pemain Indonesia terpaku dengan Sarachat yang berusaha mencuri bola. Akhirnya, Bordin Phala bisa berdiri bebas tanpa pengawalan di dekat kotak penalti.

Ketika Sarachat bisa mendapatkan bola, dia langsung mengirim bola kepada Phala yang dengan nyaman bisa membawa bola dan melepaskan tembakan akurat dari dalam kotak penalti. Bola itu sempat terhalau oleh kiper Indonesia Nadeo Argawinata. Akan tetapi, bola muntah jatuh ke kaki Kraisorn yang bisa melepaskan tendangan dari dalam kotak penalti. Bola itu melaju deras ke gawang dan tidak bisa terhalau oleh Nadeo.

Gol itu membuat Thailand kembali menemukan kepercayaan diri untuk memainkan gaya permainan aslinya. Benar saja, di menit ke-56, mereka justru berbalik unggul lewat gol gelandang Sarach Yooyen. Gol itu bermula dari tusukan Phala yang menembus kotak penalti Indonesia sebelum melepaskan umpan silang.

Bola umpan itu sempat terhalau Nadeo dan bola muntah sampai di Ramai. Namun, Ramai tidak bisa menguasai bola dengan baik sehingga terlepas dan mau terambil Sarachat. Bola itu akhirnya bergulir liar dan langsung berada pada tembakan keras oleh Yooyen. Bola sempat terkena bek sekaligus kapten Indonesia Asnawi Mangkualam dan berubah arah ke gawangnya sendiri.

Pasca dua gol itu, suasana langsung berubah total. Thailand mendapatkan angin segar, sebaliknya Indonesia balik kebingungan dan tertekan seperti laga pertama. Asa Indonesia yang tadinya mulai bersemi kembali layu.

Di tengah kondisi itu, Thailand menjadi sedikit lengah. Akibatnya, Indonesia bisa menyamakan kedudukan melalui gol Egi di menit ke-80. Pemain klub Slovakia, FC Senica itu menyambut umpan daerah Witan ke arah kotak penalti.

Dengan sedikit mengiring bola ke dalam kotak penalti, kemudian pemain berusia 21 tahun ini melepas tendangan keras menyusur rumput yang tidak bisa terjangkau oleh kiper Thailand. Sayangnya, itu menjadi gol terakhir dalam laga tersebut. Indonesia tak mampu mengejar defisit lima gol lagi kalau ingin merebut gelar juara.

Namun, Indonesia tidak kembali ke Indonesia dengan tangan kosong. Skuad Garuda mendapatkan penghargaan sebagai tim yang paling menjunjung sportivitas (Fair Play Team Award) dan bek kiri Pratama Arhan mendapatkan status pemain muda terbaik Piala AFF 2020.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button