Timur Tengah Kian Memanas, Kemlu Larang WNI Pergi ke 4 Negara Ini


Kementerian Luar Negeri RI melarang sementara warga negara Indonesia (WNI) untuk mengunjungi empat negara ini, menyusul peperangan antara Israel dan milisi Hizbullah di Lebanon makin tegang yang membuat situasi Timur Tengah kian memanas.

Seruan tersebut tercantum dalam pernyataan resmi Kemlu RI ke awak media, seperti dikutip Rabu (25/9/2024).

“Bagi WNI yang memiliki rencana bepergian ke Lebanon, Iran, Israel dan Palestina agar menunda perjalanan hingga situasi aman,” kata Kemlu dalam pernyataannya.

Kemlu juga mengimbau para WNI yang ada di negara berkonflik itu untuk meningkatkan kewaspadaan, menjauhi lokasi rawan, dan membatasi bepergian yang non esensial.

Sejak Agustus 2024, Kedutaan Besar RI (KBRI) Beirut telah meningkatkan status menjadi Siaga 1 untuk seluruh Lebanon. Status ini sebelumnya sudah ditetapkan di Lebanon selatan sejak Oktober 2023.

Kemlu dan KBRI Beirut, lanjut pernyataan itu, terus memantau dari dekat situasi yang ada di Lebanon.

Saat ini, WNI di Lebanon berjumlah 159 orang. Sejak penetapan Siaga 1, Kemlu dan KBRI Beirut telah memfasilitasi evakuasi WNI dari Lebanon sebanyak 25 orang.

Sementara itu, mayoritas lain memilih untuk tetap tinggal di Lebanon karena alasan pribadi.

“Mereka mayoritas adalah mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat,” lanjut Kemlu.

Seruan dan imbauan Kemlu muncul saat Israel terus meluncurkan rudal ke Lebanon. Al Jazeera mencatat pasukan Zionis telah melakukan 1.600 serangan ke negara tersebut.

Serangan Israel ke Lebanon dalam 48 jam terakhir telah menewaskan nyaris 558 orang dan ribuan orang lainnya mengalami luka-luka.

Eskalasi ketegangan antara Israel dan Hizbullah memang terus memanas, terutama sejak agresi brutal Tel Aviv ke Jalur Gaza Palestina berlangsung pada Oktober 2023 lalu. Sejak itu, Hizbullah kerap melancarkan serangan udara ke Israel sebagai bentuk membela Palestina, terutama sekutunya Hamas.

Namun, ketegangan Israel dan Hizbullah semakin memuncak setelah pekan lalu Lebanon digegerkan rentetan ledakan perangkat komunikasi secara misterius. Ribuan pager, walkie-talkie, dan perangkat komunikasi lainnya meledak dalam waktu yang berdekatan di hampir seluruh wilayah Lebanon pada Selasa (17/9/2024) dan Rabu (18/9/2024).

Kebanyakan perangkat yang meledak merupakan milik anggota Hizbullah. Insiden ini menewaskan 39 orang dan melukai 3.000 orang lainnya termasuk milisi Hizbullah, warga sipil, hingga anak-anak.

Dari penyelidikan awal diketahui bahwa ribuan perangkat komunikasi ini kemungkinan telah disabotase dan dipasang jebakan bahan peledak. Hizbullah meyakini Israel adalah otak di balik teror ledakan ini meski rezim Zionis masih bungkam atas semua tuduhan.