Hangout

Trauma Masa Lalu Ternyata Pengaruhi Pola Asuh Orangtua pada Anak

Setiap orang memiliki masa lalu. Ternyata, trauma pada masa lalu dapat mempengaruhi pola asuh orangtua kepada anak.

Psikolog dan konselor pernikahan Dr. Adriana Soekandar Ginanjar, M.Sc., menjelaskan belum semua orangtua menerapkan pola asuh yang cukup baik untuk tumbuh kembang si kecil di rumah.

Contohnya pola asuh dengan kekerasan, baik itu secara verbal maupun non verbal serta banyak terjadi konflik antar orangtua di depan anak.

“Seringkali hal ini tidak disadari dapat menimbulkan kecemasan dan trauma yang terdalam bagi sang anak,” ujar Dr. Adriana sebagaimana dikutip siaran resmi Tentang Anak, ditulis di Jakarta, Kamis, (27/01/2022).

Dr. Adriana menjelaskan terdapat beberapa jenis trauma yang dialami oleh manusia, khususnya ketika berumah tangga. Ini harus dikenali lebih awal agar kedepannya orangtua dapat memproses trauma menjadi bentuk emosi yang baik.

“Ketika dapat memproses emosi, tentunya akan membawa dampak yang lebih baik ke sekitar atau keluarga terdekat,” kata Dr. Adriana.

Ada tiga jenis trauma dalam berumah tangga yakni trauma akut, kronis dan kompleks.

Trauma akut terjadi satu kali tetapi secara intens. Seperti adanya perceraian, bencana alam, pelecehan seksual yang terjadi di masa lampau atau masa kecil.

Trauma kronis terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang seperti mendapatkan kekerasan dari orangtua atau orang sekitar, perundungan, melihat kekerasan dan konflik orangtua.

Sementara trauma kompleks merupakan kejadian yang beragam terdiri dari kejadian traumatis yang berbeda-beda.

Jika tidak diperbaiki, trauma di masa lampau ini dapat terus menghantui kehidupan sehari-hari para orangtua bahkan dapat berdampak pada pola asuh ke anak saat ini.

“Tentu kita sebagai orangtua tidak menginginkan hal yang sama atau hal yang buruk terjadi turun temurun ke anak kita,” ujar Dr. Adriana.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang juga mampu melatarbelakangi anak rentan terkena trauma dalam kehidupan, seperti sifat anak yang terlalu tertutup, orangtua yang tidak memahami anak, dan orangtua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar.

Hal yang bisa dilakukan oleh orangtua agar anak terhindar dari trauma rumah tangga adalah dengan cara mengenal anak lebih baik, terbuka dengan anak agar dapat berkomunikasi dengan orangtua, menghormati anak dengan menghargai keputusan serta tidak menuntut terlalu sering.

Ajarkan juga anak untuk bisa bersuara dan berpendapat di setiap kondisi mulai dari hal-hal kecil yang ditemukan di keseharian. Orangtua juga harus bertindak sebagai detektif atau terus mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan anak.

Mindful parenting untuk mencerna dan mempelajari emosinya agar dapat membuahkan perilaku yang baik juga kepada keluarga,” kata Dr. Adriana.

Sementara itu, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, dokter spesialis anak yang juga pendiri dari Tentang Anak mengatakan penting bagi orangtua untuk dapat mengenali dirinya sendiri dan pasangan terlebih dahulu sebelum membantu kebutuhan anak.

“Tidak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli agar bisa mendapatkan masukan untuk setiap permasalahan yang ditemukan,” ujar Dr. Mesty.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button