Ototekno

Tren Pengguna E-Wallet: Kenapa Digandrungi Pengguna?

Saat ini, semua kebutuhan bisa terjawab melalui teknologi. Di zaman yang serba digital, semua kebutuhan harian seperti layanan keuangan bisa di akses dengan mudah. Kini, semua bisa melakukan pembayaran, memesan ojek online atau makanan, belanja kebutuhan rumah, membeli tiket event dan lain sebagainya melalui handphone saja. Menjawab kebutuhan tersebut, berbagai platform teknologi finansial berbasis aplikasi e-wallet muncul dengan segala kemudahannya.

Insight Asia, sebagai perusahaan riset pemasaran, melakukan penelitian tentang penggunaan dompet digital yang berjudul “Consistency That Leads: 2023 E-Wallet Industry Outlook”. Penelitian ini meliputi gambaran lanskap kepemimpinan pasar e-wallet atau dompet digital di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kini dompet digital menjadi metode pembayaran elektronik yang paling banyak jadi pilihan masyarakat Indonesia, dibandingkan dengan metode pembayaran tunai atau transfer bank. Dalam riset tersebut, pengguna dompet digital umumnya digunakan masyarakat usia produktif.

“Karena kalau kami lihat perkembangannya pesat sekali selama sepuluh tahun terakhir. Masyarakat menerima fasilitas dari para pemain (bisnis) ini dengan sangat baik dan cepat, karena memang ada kebutuhannya. Di sini kami dapatkan 1300 hasil survey dari seluruh Indonesia. Kami ambil sampel nya dari usia produktif karena saat ini Indonesia sedang dalam bonus demografi, atau di dominasi oleh usia produktif. Bagaimana angkatan kerja produktif ini, agar nantinya menggerakkan roda perekonomian nasional,” papar Olivia Samosir selaku Direktur Riset Insight Asia saat temu media di Jakarta pada Senin (28/11/2022).

Mengapa E-Wallet Digandrungi Pengguna?

Tidak hanya untuk memesan transportasi umum atau layanan home service, saat ini aplikasi e-wallet  juga bisa digunakan untuk kebutuhan transaksi lainnya. Berbagai kebutuhan finansial bisa di akses melalui e-wallet, seperti melakukan transfer, menyediakan laporan keuangan, kemudahan akses kredit dan cicilan, hingga layanan bayar nanti atau pay later. Hadirnya fitur-fitur yang relevan dengan kebutuhan masyarakat tersebut, membuat penggunaan e-wallet semakin eksis, seperti gopay, OVO, DANA, lalu disusul dengan fitur e-wallet lain yang terdapat di aplikasi e-commerce.

Hasil riset Insight Asia menunjukkan, penggunaan aplikasi e-wallet telah menjadi switch behavior selama hampir tiga tahun terakhir sejak munculnya pandemi COVID 19. Penggunaan e-wallet yang awalnya merupakan anjuran pemerintah untuk melakukan transaksi touchless sebagai upaya menaati prokes, kini justru menjadi gerbang multiplatform yang membuka akses ke berbagai kemudahan transaksi.

“Perkembangan e-wallet ini sangat pesat dalam segala aspek, dan diterima oleh masyarakat dengan sangat baik. Justru dari pandemi itu ya, e-wallet ini jadi membuka akses ke berbagai transaksi, jadi gerbangnya multiplatform. Industri baru seperti pioneer ini jarang loh bisa bertahan, tidak mudah itu bisa bertahan selama sepuluh tahun terakhir, apalagi cukup pesat ya semenjak pandemi COVID 19,” tambah Olivia.

Seorang peneliti ekonomi Universitas Indonesia sekaligus mantan Jubir Kementerian Perdagangan RI,  Fithra Faisal juga berpendapat, eksistensi dompet digital ini bahkan semakin kuat, melihat masyarakat kini justru menggunakan lebih dari satu aplikasi e-wallet di handphone nya. Menurutnya, fenomena ini karena dalam switch behavior yang telah disebut sebelumnya, kebutuhan masyarakat kini semakin beragam, disertai dengan permintaan yang tinggi.

“Penyebab seseorang punya e-wallet lebih dari satu, yang pertama tentu saja alasannya karena mereka ingin membandingkan promosi. Tapi mereka juga

mencari sesuatu yang berbeda, ada yang menggunakan e-wallet itu untuk transfer, ada yang diuntungkan dengan fitur paylaternya, ya beda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka. Itu ya karena manusia tidak pernah puas ya, selalu ingin yang baru, ingin yang beda, sehingga demand nya juga tinggi,” pungkasnya.

Lebih dari itu, dalam penelitiannya dikatakan, Indonesia merupakan negara dengan adaptasi teknologi tercepat, di banding negara-negara di Asia. Dalam hal ini, terjadi perkembangan tiga sektor industri selama pandemi COVID 19, diantaranya ICT (Information Communication and Technology), perkembangan di sektor kesehatan, dan pertanian.

“Pandemi ini tidak hanya menghadirkan kesulitan, tetapi terjadi perkembangan juga, terutama di sektor ICT (Information Communication and Technology), perkembangan di sektor kesehatan, dan pertanian. Ada switching behavior di sini. Bahkan kalau saya lihat, perkembangan dompet digital ini di Indonesia merupakan yang paling cepat di regional (Asia), negara lain belum ada ‘adaptasi teknologi’ yang secepat ini. Jadi karena awalnya hanya anjuran pemerintah saja untuk transaksi touchless itu, tapi terus saat ini pemerintah dan Bank Indonesia bisa gandeng sektor yang lain juga, terutama UMKM agar turut go digital,” tambahnya.

Dikatakan dalam penelitian itu, tingginya permintaan dan loyalitas pengguna aplikasi e-wallet karena fitur-fitur yang tersedia cukup relevan dengan kebutuhan penggunanya. Selain relevansi, perusahaan teknologi penyedia layanan finansial umumnya mereka terus bersinergi dan melakukan inovasi terbaru yang beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button