News

Tunjuk Hidung Asal Muasal PMK

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) makin menyebar hingga hari ini. Indonesia sebenarnya sudah bebas PMK sejak 32 tahun lalu tapi mengapa muncul kembali? Kini banyak yang pihak tunjuk hidung tentang siapa yang membawa penyakit ini kembali masuk ke Tanah Air. Tudingan diarahkan pada sapi-sapi impor.

Data Kementerian Pertanian pada awal Juni 2022 menunjukkan bahwa 57.732 hewan ternak mengalami sakit dengan gejala PMK pada 127 kabupaten dan kota di 18 provinsi. Sudah jauh menyebar dibandingkan awal-awal penyebaran yang hanya ada di dua provinsi, yakni Aceh dan Jawa Timur. Sebagian telah terkonfirmasi positif terinfeksi PMK, sedangkan sebagian lainnya masih berstatus suspek.

Mungkin anda suka

Pemerintah sudah melakukan penyuntikan vaksin PMK terhadap sapi dan hewan ternak berkuku belah lainnya secara nasional mulai Selasa (14/6/2022). Untuk tahap I, pemerintah menyediakan vaksin 800 ribu dosis dan tahap berikutnya 2,2 juta dosis. Vaksin tahap pertama diprioritaskan untuk ternak sehat di zona merah dan kuning karena jumlahnya masih terbatas.

“Kami lebih banyak berkonsentrasi mempersiapkan vaksin yang sebenarnya pernah ditemukan di 1990. Karena itu, dengan serotipe ini, kita berharap uraian vaksin itu dibutuhkan. Bahwa dari mana asalnya, kami turunkan Irjen,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di Gedung DPR Jakarta, baru-baru ini.

Makin menyebarnya penyakit ternak ini jelas membuat banyak pihak khawatir. Apalagi dalam waktu kurang dari sebulan sudah memasuki Hari Raya Kurban. Dari mulai peternak hingga masyarakat yang hendak berkurban sangat khawatir dan menyebut kejadian ini sebagai situasi darurat atau SOS.

Pemerintah pun didesak menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) yang mengakui bahwa telah terjadi wabah secara nasional. “Kita sudah SOS ini kalau boleh saya bilang. Kalau bisa dikatakan peternak menangis saat ini,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Robi Agustiar, mengutip BBC.

Dari Mana Asal PMK?

Kemunculan wabah PMK ini jelas membuat banyak pihak heran. Hal ini mengingat sudah sejak 1990, Indonesia bebas dari PMK, namun mengapa kemudian muncul lagi penyakit yang sama. Kini banyak yang pihak tunjuk hidung tentang siapa yang membawa penyakit ini kembali masuk ke Tanah Air.

Asal muasal munculnya PMK penting untuk menentukan langkah-langkah pencegahan penyakit ini. Selain itu juga bisa menjadi antisipasi masuknya kembali wabah PMK. Asal usul virus PMK yang berkode O ini juga penting untuk membantu menentukan vaksin yang tepat guna mencegah penularan wabah ini.

Muncul tudingan bahwa PMK kembali masuk ke Tanah Air gara-gara sapi-sapi impor. Hal ini mengingat virus ini kembali muncul seiring dengan meningkatnya impor daging sapi.

“Virus PMK ini muncul diduga karena impor daging, sapi, dan ternak lainnya dari luar yang meningkat dari negara-negara yang masih ada zonasinya wabah PMK,” kata Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih.

Indonesia memang mengimpor komoditas ini untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 223.423,7 kilogram daging sapi pada 2020 dari sejumlah negara, termasuk Australia, Selandia Baru, India, dan Spanyol. Australia mendominasi sebagai pemasok daging sapi impor di Indonesia.

Dugaan yang sama juga muncul dari Anggota Komisi IV DPR RI Slamet. Bahkan, ia menduga penyebaran penyakit ini lantaran ada segelintir oligarki yang bermain di belakang importasi hewan dan produk peternakan dari negara yang belum bebas PMK. Akibatnya, Indonesia yang telah bebas PMK setelah 32 tahun penyakit kembali mendapat serangan penyakit yang sama.

Politisi Fraksi PKS ini menegaskan masuknya wabah penyakit PMK jika tidak segera ditangani maka akan memberikan dampak domino yang sangat besar, khususnya bagi peternakan rakyat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Saya meminta pemerintah bergerak cepat menghentikan penyebaran PMK melalui pengendalian importasi hewan dan produk ternak,” ujarnya.

Sorotan terhadap importasi hewan dan daging juga muncul dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Terutama terkait perubahan orientasi kebijakan impor daging.

“Dulu, orientasi dari undang-undang peternakan menganut rezim country based, sekarang zone based,” ujar Ketua Harian YLKI Tulus Abadi.

Yang dimaksud dengan country based adalah mengimpor daging dari negara yang betul-betul bebas PMK. Sedangkan saat ini pemerintah menggunakan kebijakan zone based atau berdasarkan zona, seperti mengimpor daging dari negara seperti dari India. India belum seluruhnya bebas dari wabah PMK, hanya beberapa negara bagian saja yang telah bebas dari wabah tersebut.

Ketua Komisi IV DPR Sudin juga menduga asal muasal PMK berasal dari India. Sebab, Negeri Bollywood itu hingga kini belum bebas PMK. “Asal muasalnya dari India kan?” katanya dalam rapat antara Komisi IV DPR dengan Kementan di Jakarta baru-baru ini.

Terkait tudingan itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) membantah tudingan bahwa penyebaran PMK yang menyerang hewan ternak di Indonesia berasal dari impor daging sapi. Impor daging sapi yang dilakukan pemerintah berasal dari negara dan zona bebas PMK.

“Pengawasan impor daging dilakukan sangat ketat mulai dari unit usaha di negara supplier sampai dengan masuknya ke wilayah pabean Indonesia,” ungkap Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Veri Anggrijono.

Persiapan Kurban

Bagaimana pengaruhnya terhadap penyediaan hewan kurban? Kementan memastikan wabah PMK tidak mempengaruhi stok ternak untuk perayaan Idul Adha tahun ini. Hal ini mengingat tingkat kematian ternak akibat PMK tergolong sangat kecil, yaitu sekitar 2 persen.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan mengacu pada data nasional tahun lalu, populasi sapi potong mencapai 18 juta, kerbau 1,2 juta, kambing 19,2 juta, dan domba 17,9 juta ekor.

“Sehingga secara populasi, stok ternak kita untuk kebutuhan pemotongan hewan kurban masih cukup aman,” ucapnya.

Apalagi bila bercermin pada penyelenggaraan kurban 2021, total penyembelihan hewan kurban saat itu hanya sebanyak 1,7 juta ekor yang terdiri dari 609.500 ekor sapi, 14,2 ribu ekor kerbau, 281.300 ekor kambing, dan 750.600 ekor domba.

Kuntoro juga meminta masyarakat tenang dan tidak perlu khawatir tentang kemungkinan penularan PMK ke manusia. Daging ternak yang positif PMK masih dapat dikonsumsi selama dimasak dengan benar.

Pemerintah tampaknya harus melakukan investigasi untuk mendeteksi asal wabah PMK. Sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan impor dan ternak sapi di Indonesia.

Hal ini penting untuk menentukan langkah selanjutnya agar Indonesia kembali bebas PMK sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan peternak dan penyediaan daging yang berlimpah bagi masyarakat. [ikh]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button