Market

BRIN: Belanja Pilpres dan Pileg 2024 Topang Konsumsi Rumah Tangga

Pemilihan umum atau pemilu serentak yang berlangsung tahun depan berpotensi mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga secara signifikan.

“Pemilu 2024 berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi dilakukan secara bersamaan,” kata Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Zamroni Salim saat ditemui awak media di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Berdasarkan pengalaman Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, ujar Zamroni, tingkat konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga mulai meningkat enam bulan sebelum pemilu hingga saat pemilu berlangsung.

Hal itu mengindikasikan pelaksanaan pesta demokrasi dapat mendorong tingkat konsumsi rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga.

“Kalau dari aspek industri, kemudian dari sisi pengeluaran lainnya itu tidak banyak memberikan perubahan termasuk dalam urusan inflasi,” kata Zamroni.

Pada 2024, BRIN memproyeksikan tidak ada guncangan signifikan yang berpengaruh terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Angka pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diprediksi berkisar 4,9 hingga 5,2 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rentan  Rp15.600 sampai Rp15.700, dan inflasi berada pada posisi 2,8 hingga 3,3 persen.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa saat yang sama menjelang pemilu ada kecenderungan pemerintah untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak, meski ada kenaikan harga minyak dunia.

Tidak jarang setelah pemilu dikompensasi dengan menaikkan harga bahan bakar minyak pada awal pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih.

Kendati dampak ekonomi terbatas akibat pemilu sebelumnya, tahun depan potensi dampak ekonomi akan lebih besar dirasakan dari pemilu-pemilu sebelumnya imbas pelaksanaan pemilu serentak yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.

Atas dasar itu, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mendatang diperkirakan akan tetap tumbuh positif.

“Kalau dari aspek industri, kemudian dari sisi pengeluaran lainnya, itu tidak banyak memberikan perubahan termasuk dalam urusan inflasi,” papar Zamroni.

Jika Pemilu 2024 berlangsung selama dua putaran, maka pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga dan lembaga non-profit rumah tangga bisa menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan.

Meski demikian, Zamroni berharap Pemilu 2024 hanya berlangsung satu putaran, agar tidak membebani keuangan negara dan tidak berdampak terhadap iklim bisnis di dalam negeri.

“Dari sisi ekonomi kami berharap hanya satu putaran, karena lebih baik dan menghemat uang negara. Dari sisi lain juga tensi politik bisa mempengaruhi iklim bisnis di Indonesia secara umum,” katanya pula.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button