Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat (UAH, mengingatkan para pengguna media sosial tentang bahaya framing dan penyebaran hoaks. UAH dalam tayangan di akun YouTube resminya menekankan pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, terutama di era digital saat ini di mana informasi dapat dengan mudah diputarbalikkan dan disebarluaskan.
UAH memulai videonya dengan mengisahkan sebuah peristiwa di zaman Nabi Muhammad SAW, di mana ada individu yang gemar membuat framing untuk menciptakan kontroversi di masyarakat. Kisah ini menggambarkan bagaimana framing yang salah dapat menimbulkan keresahan dan fitnah di kalangan umat.
Dalam pesannya, UAH mengutip ayat dari Surah An-Nisa ayat 83, yang menekankan pentingnya mengembalikan berita kepada sumber yang berwenang sebelum menyebarkannya.
وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri (pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).” (An-Nisa’ · Ayat 83)
“Orang-orang beriman seharusnya tidak langsung menerima informasi begitu saja, tetapi memeriksa kebenarannya terlebih dahulu,” ujar UAH.
Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut juga menyoroti fenomena di media sosial saat ini, di mana banyak orang yang senang membuat konten kontroversial demi mendapatkan perhatian dan popularitas.
Ia mengingatkan bahwa perilaku semacam ini tidak sesuai dengan ajaran Islam dan dapat menimbulkan dampak negatif baik di dunia maupun di akhirat.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa framing yang salah tidak hanya terjadi di masa lalu, tetapi juga berpotensi terjadi di masa depan dengan cara yang berbeda.
“Perangkatnya bisa berubah, media sosial bisa YouTube, Instagram, atau Facebook, tetapi prinsipnya tetap sama,” jelasnya.
Kekacauan Berpikir
Dalam bagian akhir, UAH menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menyampaikan informasi. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena di mana orang-orang yang tidak hadir dalam suatu peristiwa dapat dengan mudah menafsirkan dan menghakimi situasi tanpa memahami konteks yang sebenarnya.
“Ini adalah kekacauan berpikir yang sangat berbahaya,” tegasnya.
“Bagaimana mungkin ada orang yang tidak hadir hanya memframing situasi dimaksudkan tiba-tiba bisa menafsirkan dan menghukumi? Ini sesuatu yang sangat berbahaya,” lanjut UAH.
Ia menekankan bahwa tanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang benar adalah hal yang sangat penting, dan setiap individu harus siap mempertanggungjawabkan perkataannya di hadapan Allah SWT.
UAH juga mengingatkan bahwa perilaku menyebarkan hoaks dan framing yang tidak benar dapat memiliki konsekuensi serius, baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis Kitab At-Taisir itu juga berbagi pengalamannya sendiri yang pernah menjadi korban framing dalam beberapa kesempatan.
Ia menyebutkan bahwa dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah, baik di Universitas Muhammadiyah Jakarta maupun di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), ia pernah mengalami framing yang tidak benar yakni soal hukum musik dan soal potongan video memotong ayat atau menyembunyikan ayat Alquran.
“Biarkan roda organisasi bergerak dengan sendirinya, tetapi tanggung jawab kita sebagai ulama adalah untuk mengingatkan agar berhati-hati,” ujarnya.
Lebih lanjut UAH menutup tausiahnya dengan mengingatkan para pendengarnya untuk selalu berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan untuk selalu bertanggung jawab atas apa yang mereka sampaikan.
“Kita semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT,” tutupnya.