Ulama Besar Irak Peringatkan Jangan Dukung Solusi Dua Negara di Palestina

Senin, 4 November 2024 – 23:03 WIB

Muqtada al-Sadr (Foto: Getty via TNA)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Ulama Syiah dan pemimpin Gerakan Syiah Nasional Irak, Muqtada al-Sadr, mengeluarkan peringatan keras kepada pemerintah Irak dengan anjuran agar tidak mendukung inisiatif solusi dua negara terkait konflik Israel-Palestina. Ia menegaskan bahwa Palestina adalah satu-satunya negara yang sah.

Dalam pernyataan yang dibagikan di platform media sosial X, al-Sadr mengatakan, “Sebagai pengikut Muhammad dan Ali, posisi kami jelas, hanya ada satu negara dengan ibu kota di Al-Quds (Yerusalem), dan tidak ada negara kedua yang perlu dinegosiasikan atau didirikan.”

Al-Sadr menegaskan pendiriannya, dengan menyatakan bahwa “Palestina, dari sungai hingga laut, adalah milik Arab,” dan mengecam para pemukim Israel sebagai teroris pendudukan. Ia menolak perjanjian-perjanjian Barat, khususnya yang dibuat Inggris, khususnya Deklarasi Balfour, yang mengakui kenegaraan Israel, dan menambahkan, “Kami tidak akan mengakui perjanjian-perjanjian Inggris atau Barat.”

Advertisement

Al-Sadr menyatakan bahwa dukungan pemerintah apa pun terhadap solusi dua negara dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum Irak yang mengkriminalkan normalisasi dengan Israel. Ia juga meminta negara-negara regional, terutama Arab Saudi, serta negara-negara Arab dan Islam lainnya, untuk menghindari pengakuan terhadap apa yang disebutnya sebagai ‘entitas Zionis’, dan diakhiri dengan, “Ini adalah harapan kami; jika tidak, tidak akan ada waktu untuk menyesal.”

Pernyataan tersebut menuai kritik. Analis politik Kurdi Abu Bakr Ali menyatakan pernyataan al-Sadr dapat memicu pertikaian politik internal Irak. Dalam sebuah wawancara dengan The New Arab (TNA), Ali mengatakan, “Postingan Al-Sadr mengandung banyak kontroversi, dan menurut saya tidak kredibel. Postingan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk konflik politik antara Gerakan Nasional Syiah Sadr dan kekuatan politik pesaing lainnya di Irak.”

Setidaknya 43.341 warga Palestina di Gaza telah dibunuh oleh militer Israel sejak Oktober tahun lalu. Ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan dan tidak diketahui keberadaannya. 

Baghdad memiliki hubungan dekat dengan Teheran tetapi juga menggalang kemitraan strategis dengan Washington, yang memiliki pasukan di Irak sebagai bagian dari koalisi anti-jihadis internasional.

Sementara pemerintah Irak berupaya menghindari terseret ke dalam konflik regional yang meningkat, beberapa faksi pro-Iran telah melancarkan serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut dan mengklaim bertanggung jawab atas pesawat tak berawak yang dikirim ke Israel.

Salah satu kelompok yang berpihak pada Teheran, Kataeb Hezbollah yang berpengaruh, mengutuk penggunaan wilayah udara Irak oleh Israel untuk menyerang Iran sebagai “preseden berbahaya”. Mereka menuduh Amerika Serikat terlibat dalam serangan Israel dan memperingatkan akan adanya respons terhadap “agresi” ini.

Topik

BERITA TERKAIT