Hangout

Ungkapan Hati Dee Lestari Saksikan ‘Keajaiban’ Reza Gunawan

Senin, 12 Sep 2022 – 17:03 WIB

Ungkapan Hati Dee Lestari Saksikan 'Keajaiban' Reza Gunawan

Mungkin anda suka

Dee Lestari

Penyanyi sekaligus penulis Dee Lestari melepas kepergian Reza Gunawan dengan melarung abunya ke laut.

Namun hingga kepergian sang suami untuk selamanya, Dee masih bisa menyaksikan ‘keajaiban’ mendiang Reza.

“Tak pernah saya bayangkan bagaimana melihat tubuh pasca-kremasi. Belum pernah mengalami hal itu sebelumnya. Apalagi menyangkut orang terdekat,” tulis Dee Lestari di Instagram pribadinya, dikutip Senin (12/9/2022).

Hasil kremasi jenazah Reza sangat bagus sehingga membuat petugas krematorium Grand Heaven Pluit begitu terkejut. Bahkan, petugas tersebut mengaku baru pertama kalinya melihat hasil sebagus itu sejak 15 tahun dia bekerja di rumah duka.

“Petugas ruangan kami, Mbak Siti, langsung merangkul saya. Wajahnya tercengang, dan ia berkali-kali istigfar saking takjubnya,” kata Dee Lestari. “Belum pernah ia (Siti) menemukan tengkorak sebegitu utuh, tulang teramat putih, berbentuk masih panjang-panjang, bahkan giginya masih rapi,” sambungnya.

Dee menjelaskan bahwa petugas tersebut juga ikut menangis sepanjang proses kremasi Reza. Adapun, tulang-tulang jasad Reza berhasil dikumpulkan dengan mudah dan cepat, setidaknya sampai tiga loyang penuh.

Seperti diketahui sebelumnya, Reza Gunawan meninggal dunia pada Selasa, 6 September 2022. Dia menghembuskan napas terakhirnya di usia 46 tahun akibat sakit stroke perdarahan. Sementara itu, abu jenazah Reza sudah dilarung di Ancol.

Berikut tulisan lengkap Dee Lestari di akun Instagram pribadinya:

Catatan Kecil dari Perabuan seorang Manusia Besar

Tak pernah saya bayangkan bagaimana melihat tubuh manusia pasca-kremasi. Belum pernah mengalami hal itu sebelumnya, apalagi menyangkut orang terdekat. Sungguh tak bisa mengantisipasi apa yg kira-kira saya rasakan.

Begitu masuk ke krematorium, bahkan sebelum sempat mencerna reaksi internal dan mengambil kesimpulan apa pun, petugas ruangan kami, Mbak Siti, langsung merangkul saya. Wajahnya tercengang, dan ia berkali-kali istigfar saking takjubnya.

Dia bilang, selama 15 tahun bekerja di rumah duka, belum pernah dia melihat hasil kremasi sebagus itu. Belum pernah ia menemukan tengkorak sebegitu utuh, tulang teramat putih, berbentuk masih panjang-panjang, bahkan giginya masih rapi.

Pengumpulan tulang amat mudah dan lancar. Tiga loyang penuh dg cepat. Menurutnya, kadang tulang belulang hancur luruh sehingga pengumpulannya menjadi sulit.

Mbak Siti melanjutkan bagaimana dia telah terkesan sejak jasad Reza kali pertama masuk ke ruangan. Dia tidak mengenal Reza sebelumnya, tetapi dapat merasakan kebaikan hatinya. Berkali-kali sepanjang prosesi ia ikut menangis haru seakan menangisi keluarga sendiri.

Dia merasa Reza berkomunikasi dengannya, mengucapkan terima kasih atas bantuannya, sekaligus menitipkan pesan kepada keluarga bahwa Reza tahu keluarganya telah melakukan yang terbaik baginya. Sesuatu yg kerap saya ragukan dan menjadi kegundahan pribadi: “Have I done enough? Have I really given my best?”

Saya terharu karena bahkan orang yang tidak kenal Reza bisa dititipi pesan sedemikian bermakna, yang sebelumnya mungkin sulit saya dengar karena keraguan saya sendiri.

Kremasi tadi pun menghasilkan beberapa butir bahan relik, yang telah dipilih oleh para biksu, dan akan saya simpan di altar rumah.

Kepergian Reza memang meninggalkan rasa sedih dan kehilangan mendalam. Namun, berbagai momen indah pada kepulangannya, terlalu luar biasa untuk disangkal. Pada akhirnya, rasa sedih itu tertopang oleh kebahagiaan dan kelegaan.

He lived such a brilliant life, and I’m honored to be a part of that life.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button