Ribuan warga kembali mengungsi dari Lebanon ke Suriah saat serangan udara Israel terus berlanjut. Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR, menyebut mereka yang sebelumnya mengungsi akibat perang di Suriah kini harus menghadapi pengeboman di negara tempat mereka berlindung.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh badan pengungsi PBB tersebut, ratusan kendaraan terjebak dalam antrean di area perbatasan Suriah, dengan banyak orang tiba dengan berjalan kaki sambil membawa barang apa pun yang bisa mereka bawa.
Rombongan besar, yang meliputi wanita, anak-anak, dan bayi, dilaporkan mengantre usai bermalam di luar ruangan di tengah suhu yang sangat dingin.
“Beberapa orang menderita luka baru akibat pengeboman belum lama ini,” kata pernyataan itu, seperti dikutip dari kantor berita Xinhua, Jumat (27/9/2024).
Komisaris Tinggi UNHCR Filippo Grandi mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait aksi kekerasan yang sedang berlangsung, seraya menyatakan bahwa pertumpahan darah itu telah memakan banyak korban, memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari tempat tinggal mereka.
Dia menyoroti penderitaan keluarga-keluarga yang sebelumnya mengungsi akibat perang di Suriah, kini harus menghadapi pengeboman di negara tempat mereka berlindung.
Grandi mendesak masyarakat internasional untuk mencegah terjadinya keputusasaan dan kehancuran lebih lanjut, sembari memperingatkan bahwa Timur Tengah tidak dapat menanggung krisis pengungsian lainnya. Dia juga menekankan bahwa melindungi nyawa warga sipil harus menjadi prioritas utama.
Israel melancarkan pengeboman terbesarnya di Lebanon sejak 2006, yang dimulai pada Senin (23/9/2024), menyebabkan lebih dari 550 warga tewas dan lebih dari 1.800 lainnya terluka di seluruh negara itu. Serangan itu juga memaksa ribuan warga di Lebanon mengungsi dari tempat tinggal mereka.
Pihak UNHCR dan mitra-mitranya saat ini berada di sejumlah perlintasan perbatasan, memberikan berbagai bantuan primer seperti makanan, air, selimut, dan kasur kepada para pengungsi yang datang.
Eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah semakin mengkhawatirkan, terutama dengan pertimbangan Tel Aviv untuk merencanakan invasi ke Lebanon. Sejak awal pekan ini, kedua belah pihak saling meluncurkan serangan udara besar-besaran. Serangan udara Israel tidak hanya menyasar daerah kekuasaan Hizbullah di Lebanon selatan, tetapi juga meluas ke daerah lainnya di negara tersebut.
Di sisi lain, Hizbullah juga melancarkan serangan udara sebagai balasan terhadap Israel. Militer Israel mengakui bahwa untuk pertama kalinya, rudal balistik Hizbullah berhasil menerobos masuk ke ibu kota Tel Aviv, meskipun berhasil dicegat.
Banyak pihak merasa cemas bahwa konflik ini dapat mengubah Lebanon menjadi situasi serupa dengan Jalur Gaza Palestina, yang sejak Oktober 2023 hingga saat ini masih terus digempur oleh Tel Aviv.