Uni Eropa Khawatir Tepi Barat yang Diduduki Israel akan Menjadi ‘Gaza Baru’


Diplomat tertinggi Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan bahwa meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sejak perang Israel-Hamas meletus bisa menimbulkan risiko wilayah itu akan menjadi ‘Gaza baru’.

Kekerasan di Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak 1967 dan dipisahkan dari Jalur Gaza oleh wilayah Israel, telah berkobar sejak perang Israel di daerah kantong itu pada Oktober tahun lalu. Borrell mengatakan Israel tengah membuka “front baru… dengan tujuan yang jelas: mengubah Tepi Barat menjadi Gaza baru — dengan meningkatnya kekerasan, mendelegitimasi Otoritas Palestina, dan memicu provokasi untuk bereaksi dengan tegas.”

Israel juga “tidak malu-malu mengatakan kepada dunia bahwa satu-satunya cara untuk mencapai penyelesaian damai adalah dengan mencaplok Tepi Barat dan Gaza,” tambah Borrell pada pertemuan tingkat menteri Liga Arab di Kairo, mengutip The New Arab (TNA).

Ia menuduh anggota radikal pemerintah Israel berusaha membuat “tidak mungkin untuk menciptakan negara Palestina di masa depan”, yang oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan beberapa anggota kabinet telah dilukiskan sebagai ancaman terhadap Israel.

Beberapa menteri Israel baru-baru ini menyerukan peningkatan operasi militer di Tepi Barat. “Tanpa tindakan, Tepi Barat akan menjadi Gaza baru. Dan Gaza akan menjadi Tepi Barat yang baru, karena gerakan pemukim sedang mempersiapkan pemukiman baru,” kata Borrell dalam pertemuan tersebut.

“Masyarakat internasional menyesalkan, merasakan, dan mengutuk, tetapi merasa sulit untuk bertindak,” tandasnya.

Serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat mencapai rekor pada tahun 2023, menurut kelompok hak asasi Israel Yesh Din. Uni Eropa mengatakan tahun lalu menyaksikan izin pembangunan permukiman terbanyak yang dikeluarkan dalam beberapa dekade.

Sekitar 490.000 warga Israel tinggal di Tepi Barat, di pemukiman yang ilegal menurut hukum internasional, bersama tiga juta warga Palestina, termasuk mereka yang mengungsi dari rumahnya di wilayah yang sekarang disebut Israel selama Nakba 1948 dan Perang Enam Hari 1967.

Sejak 7 Oktober tahun lalu, pasukan atau pemukim Israel telah membunuh sedikitnya 662 warga Palestina di Tepi Barat, dan ratusan – termasuk anak-anak dan wanita – telah ditahan oleh pasukan Israel.

Pada hari Selasa (10/9/2024), militer Israel mengatakan “sangat mungkin” pasukannya “tanpa sengaja” menembak mati seorang aktivis AS-Turki minggu lalu, selama protes di Tepi Barat terhadap perluasan permukiman. Aysenur Ezgi Eygi, 26, tewas pada hari Jumat di kota Beita, lokasi demonstrasi mingguan menentang pemukiman Israel.