Hangout

Usaha Suvenir Pernikahan Merosot 50 Persen di Tengah Pandemi

Pesta pernikahan tidak lengkap tanpa kehadiran suvenir sebagai tanda terimakasih kepada tamu undangan yang hadir.

Pandemi dua tahun belakangan ini yang melanda Indonesia dan juga dunia, membuat usaha rumahan suvenir kian terdampak.

Tiara Meilinda selaku konsultan gift, menjelaskan saat COVID-19 melanda Indonesia pada awal 2020, pendapatan per bulan dari usaha suvenir pernikahan merosot hingga 50 persen.

“Biasanya dapat Rp300 – Rp500 juta per bulan. Kalau untuk pemesanan biasanya 20 ribu suvenir per bulan. Begitu pandemi, pendapatan turun bisa setengahnya jadi hanya 10 ribu pieces. Kemudian pendapatan per bulannya  Rp150 juta,” kata Tiara di booth Kejora dan Ellinorline kepada Inilah.com di pameran Indonesia International Wedding Festival (IIWF) 2022 di Jakarta, ditulis pada, Minggu, (20/3/2022).

Suvenir yang sering dicari di masa Pandemi

Ada beragam suvenir yang kerap dicari saat pandemi. Fungsi dari suvenir menjadi hal yang paling utama dari pemilihan para calon pengantin.

Kebiasaan orang saat bepergian di masa pandemi yang membawa hand sanitizer agar tetap menjaga tangan higienis, menjadikan hand sanitizer holder banyak dipesan para calon pengantin.

“Selain hand sanitizer holder, Pouch yang berguna untuk tempat skin care dan lainnya sangat dicari,” tambahnya.

Harga yang dibandrol cukup terjangkau. Jika Anda ke pameran Indonesia International Wedding di JCC saat ini, bisa mendapatkan diskon dari Rp 13 ribu menjadi Rp11.700.

Hand sanitizer holder dengan embos logo, ada diskon awalnya Rp 13 ribu menjadi Rp11.700. Dengan minimum pembelanjaan 100 pieces,” katanya.

Dampak pandemi bagi para penjahit rumahan pembuat suvenir

Masih menurut Tiara, sebelum COVID-19 melanda Indonesia, Kejora dan Ellinorline memiliki sekitar 100 penjahit rumahan untuk menggarap pesanan suvenir.

Karena mengalami pesanan yang menurut sejak awal pandemi, terjadi pengurangan terhadap tenaga penjahit rumahan tersebut.

Membuat suvenir yang berbahan dasar kulit dan jahitan sendiri memang tidak mudah. Butuh konsentrasi tinggi, hingga bisa menghasilkan karya yang bagus dan menjadi kenangan bagi para pengantin.

“Pandemi berdampak banget pada penjahit. Kita punya (penjahit) in house. Sebelum pandemi ada kisarannya 100 penjahit. Pas pandemi tinggal 30 persen. Workshop kami di Greenlake City Cipondoh, Tanggerang,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button