Pemilu 2024 mendekat, Presiden Jokowi makin tancap gas membagikan bantuan pangan berupa beras. Usai Jawa Tengah (Jateng) lanjut ke Jawa Timur (Jatim).
Didampingi Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, Jokowi membagikan bantuan beras terhadap seribu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kota Malang, Jatim, Kamis (14/12/2023).
“Ini yang bulan September Oktober November Desember (bantuan pangan beras) sudah diterima semua? Nanti akan dilanjutkan bulan Januari Februari Maret (tahun depan). Nanti kalau (bantuan pangan beras) sudah Januari Februari Maret (2024), kita berdoa bersama, semoga nanti April Mei Juni (2024), APBN-nya cukup, kita lanjutkan lagi ya (bantuan pangan beras),” kata Jokowi.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah mengatakan, agak janggal kalau tak menyebut adanya nuansa politis dari program bagi-bagi di era Jokowi. Apalagi pelaksanaannya saat masa kampanye.
“Ya, kan putra beliau (Gibran) mencalonkan diri sebagai cawapres. Saya kira wajar bila publik punya persepsi seperti itu. Apalagi bagi-baginya saat masa kampanye,” kata Trubus.
Usai acara bagi-bagi, Arief mengatakan, peningkatan produksi dalam negeri menjadi fokus pemerintah saat ini. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri, penyerapan untuk stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), menjadi komitmen Bapanas demi menjaga harga di tingkat petani dan penguatan stok untuk bantuan pangan beras di masa mendatang.
“Kemarin dengan Bapak Menteri Pertanian, beliau sudah menyiapkan tanam 1 juta hektar, artinya panennya akan di atas 2,5 juta ton, dalam tiga bulan ke depan. Kami bersama Bulog bersiap untuk melakukan serapan CBP, sehingga 3-4 bulan ke depan, harga di petani harus tetap baik dan dapat diserap dengan harga yang baik. Kemudian nanti untuk bantuan pangan beras seperti ini, harusnya menggunakan beras dalam negeri. Itu perintahnya Bapak Presiden,” terang Arief.
Arief menuturkan, inflasi di Indonesia masih sesuai target dan cukup baik. Meskipun diterpa dengan kondisi pangan yang masih bergejolak, namun ia optimis tingkat inflasi nasional senantiasa dapat terkendali.
“Jadi memang betul harga pangan sedang tinggi. Tapi sekali lagi, di seluruh dunia hari ini untuk pangan memang kondisinya demikian. Tetapi Indonesia saat ini inflasinya sangat baik. Inflasinya tidak lebih dari 2,86 persen (year to year). Itu kalau di internasional menjadi salah satu inflasi terbaik. Jadi kalau Ibu Sri Mulyani selalu sampaikan, inflasi harus di bawah pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi kita juga masih 5 persen,” papar Arief.
Leave a Reply
Lihat Komentar