Hangout

Viral Kasus Pelecehan Seksual di BXC, Ini 4 Cara Orang Tua Cegah Kemungkinan Pelecehan pada Anak

Sebuah video dari akun media sosial @misisdevi menceritakan bahwa buah hatinya menjadi korban yang dicolek bagian tubuhnya oleh seorang pelaku saat berada di Mall Bintaro Xchange, Pondok Aren. Sebagai seorang ibu, tidak terima perlakuan tersebut. Belajar dari kasus tersebut, ada beberapa cara orang tua untuk mencegah kemungkinan adanya pelecehan seksual pada seorang anak.

Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, pelecehan seksual pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.

Sekitar satu dari setiap empat anak perempuan dan satu dari setiap 13 anak laki-laki di AS mengalami pelecehan seksual pada suatu waktu di masa kecil mereka.

Kerusakan emosional dan fisik jangka panjang setelah pelecehan seksual dapat menghancurkan anak, seperti mengutip dari aacap, Jakarta, Senin, (27/6/2022).

Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dan pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan (ACEs) lainnya seperti kekerasan fisik atau penelantaran, memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami depresi, gangguan stres pascatrauma, kecanduan narkoba, dan perilaku bunuh diri di kemudian hari.

Mereka juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi fisik seperti penyakit jantung di kemudian hari.

Inilah sebabnya mengapa sangat penting untuk mengidentifikasinya sesegera mungkin, mencari bantuan untuk anak-anak ini, dan fokus untuk mencegahnya di masa depan.

Pelecehan seksual anak sering terjadi di dalam keluarga, oleh orang tua, orang tua tiri, saudara kandung atau kerabat lainnya atau di luar rumah, misalnya oleh teman, tetangga, pengasuh anak, guru, atau orang asing.

Ketika pelecehan seksual terjadi, seorang anak mengembangkan banyak perasaan, pikiran, dan perilaku yang menyusahkan. Anak-anak mungkin diancam oleh pelaku dan takut untuk memberitahu orang lain, terutama jika pelaku adalah seseorang yang mereka kenal baik.

Tidak ada anak yang siap menghadapi rasa sakit dan ketakutan yang berulang-ulang akan pelecehan seksual. Bahkan seorang anak berusia dua atau tiga tahun, yang tidak dapat memahami aktivitas seksual, akan menderita secara fisik dan emosional.

Bahkan seorang anak kecil yang mengenal dan merawat pelaku menjadi terjebak antara kasih sayang atau kesetiaan untuk orang tersebut, dan ketakutan, rasa sakit dan pengkhianatan yang menyertai pelecehan seksual.

Jika anak mencoba melepaskan diri dari hubungan seksual, pelaku dapat mengancam anak dengan kekerasan atau kehilangan cinta. Ketika pelecehan seksual terjadi di dalam keluarga, anak mungkin takut akan kemarahan, kecemburuan atau rasa malu anggota keluarga lainnya, atau takut keluarga akan pecah jika rahasianya diberitahukan.

Semakin lama pelecehan seksual, semakin berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan emosional dan fisik anak.

Anak-anak korban pelecehan seksual dalam jangka waktu yang lama sering kali mengalami rasa rendah diri, perasaan tidak berharga, dan pandangan yang tidak normal tentang seks.

Anak dapat menjadi menarik diri dan tidak percaya pada orang dewasa, depresi, dengan sengaja menyakiti diri sendiri, dan atau menjadi bunuh diri.

Beberapa anak yang mengalami pelecehan seksual menunjukkan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia mereka dan mungkin mencoba menekan saudara kandung atau teman sebayanya untuk melakukan perilaku seksual.

Beberapa anak yang mengalami pelecehan seksual menjadi pelaku kekerasan anak sendiri saat dewasa, dan yang lain mungkin beralih ke prostitusi saat remaja.

Seringkali tidak ada tanda-tanda eksternal yang jelas dari pelecehan seksual terhadap anak. Beberapa tanda hanya dapat dideteksi pada pemeriksaan fisik oleh dokter.

Orang tua dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan pelecehan seksual dengan:

1. Mengajari anak-anak bahwa jika seseorang mencoba menyentuh tubuh Anda dan melakukan hal-hal yang membuat Anda merasa lucu, katakan tidak kepada orang itu dan segera beri tahu orang tua.

2. Mengajari anak-anak bahwa rasa hormat tidak berarti kepatuhan buta terhadap orang dewasa dan otoritas.

Misalnya, jangan menyuruh anak untuk selalu melakukan semua yang diperintahkan guru atau babysitter.

3. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dan keluarga mereka membutuhkan evaluasi dan perawatan profesional segera.

Psikiater anak dan remaja dapat membantu anak-anak yang dilecehkan mendapatkan kembali rasa harga diri, mengatasi perasaan bersalah tentang pelecehan, dan memulai proses mengatasi trauma.

4. Terapi perilaku-kognitif untuk anak-anak dan orang tua dapat membantu mereka menghadapi konsekuensi dari pelecehan seksual.

Perawatan tersebut dapat membantu mengurangi dampak emosional langsung dari pelecehan pada anak-anak dan keluarga, dan mengurangi keparahan masalah di masa depan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button