Hangout

Virus Zombie Dihidupkan Kembali, Dunia Ketar-ketir

virus-zombie-dihidupkan-kembali,-dunia-ketar-ketir

Jumat, 02 Des 2022 – 08:32 WIB

Virus Zombie

Ilmuwan Eropa baru-baru ini menghidupkan kembali 13 virus zombie dari permafrost Siberia, Rusia, yang kemudian menimbulkan gelombang kepanikan di seluruh dunia. (foto: Getty Images)

Ilmuwan menghidupkan kembali virus ‘zombie’ di permafrost atau lapisan tanah yang sejak lama membeku di Siberia. Mengapa para ahli menghidupkan kembali virus ini dan patutkah kita khawatir?

Peneliti Eropa baru-baru ini menghidupkan kembali 13 virus zombie dari permafrost Siberia, Rusia. Studi yang diposting di bioRxiv mengungkapkan bahwa salah satu virus ini adalah Pandoravirus yedoma, berusia lebih dari 48.500 tahun. Virus lain juga berumur puluhan ribu tahun.

Kabar ini telah mengirimkan gelombang kepanikan ke seluruh dunia. Virus zombie adalah istilah yang diberikan untuk virus yang membeku di dalam es dan karenanya tidak aktif. Bukan berarti itu virus yang akan mengubah Anda menjadi zombie, seperti yang ada di film dan pertunjukan horor.

Namun, selaras dengan analoginya, virus ini adalah ‘mayat hidup’ seperti zombie fiksi, dan dapat kembali hidup dan aktif dalam keadaan tertentu.

Mengapa dihidupkan kembali?

Menurut para ilmuwan, pekerjaan mereka sebenarnya harus ‘diekstrapolasi untuk menunjukkan bahwa bahaya itu nyata’. Pasalnya, virus-virus tersebut berpotensi hidup kembali dan menjadi aktif akibat meningkatnya pemanasan global.

Es yang saat ini menjebak mereka dapat mencair, melepaskan virus menular ini ke atmosfer. Ini adalah masalah kesehatan masyarakat, tulis Jean-Marie Alempic, peneliti utama, di Science Alert.

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa pencairan permafrost akibat pemanasan atmosfer akan memperburuk perubahan iklim dengan membebaskan gas rumah kaca yang sebelumnya terperangkap seperti metana. Tetapi efeknya pada patogen yang tidak aktif kurang dipahami dengan baik.

Para penulis memperingatkan bahwa beberapa dari virus zombie ini berpotensi berbahaya bagi manusia. Seperti yang terlihat sebelumnya, permafrost yang mencair dapat merenggut nyawa manusia.

Pada 2016, wabah antraks di Siberia menyebabkan kematian seorang anak dan puluhan orang dirawat di rumah sakit. Menurut para pejabat, wabah mungkin dimulai setelah gelombang panas mencairkan permafrost dan menggali bangkai rusa yang terinfeksi antraks beberapa dekade lalu.

Risiko tetap ada

Saat ini tidak ada kejelasan yang cukup mengenai apakah virus zombie tertentu ini akan menginfeksi inang jika dicairkan dalam kondisi luar ruangan seperti panas, oksigen, dan sinar UV. Namun, para peneliti berpendapat bahwa risikonya tetap ada, terutama karena semakin banyak orang mulai menempati Kutub Utara yang mencair untuk usaha komersial dan industri.

“Oleh karena itu sah untuk merenungkan risiko partikel virus kuno tetap menular dan kembali ke sirkulasi dengan mencairnya lapisan permafrost kuno,” kata studi tersebut.

Berapa lama virus ini dapat tetap menular setelah terpapar kondisi luar ruangan, dan seberapa besar kemungkinan mereka akan bertemu dan menginfeksi inang yang sesuai dalam selang waktu tersebut, masih belum dapat diperkirakan.

Terlepas dari faktor risiko potensial, tidak perlu panik, terutama jika menurut Anda para peneliti akan memaparkan virus ini ke atmosfer. Menurut peneliti, tidak ada salahnya menghidupkan kembali virus untuk penelitian ini. Lebih penting lagi, strain yang dipelajari terutama hanya menginfeksi mikroba amuba.

Warga dunia patut khawatir dengan munculnya kembali virus zombie ini, mengingat kejadian pandemi COVID-19. Penyakit yang disebabkan virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2 itu pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, China pada 31 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tangal 11 Maret 2020.

Hingga saat ini, total kasus COVID-19 di dunia berjumlah 643 juta dengan total korban meninggal dunia mencapai 6,63 juta.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button