Raksasa otomotf Jerman, Volkswagen AG, tengah dilanda krisis. (Foto: Associated Press/Michael Probst)
Raksasa otomotif Volkswagen AG berencana untuk menutup setidaknya tiga pabrik di Jerman, memberhentikan puluhan ribu karyawan, dan mengurangi kapasitas pabrik lainnya sebagai bagian dari langkah restrukturisasi besar-besaran.
Kepala dewan perwakilan pekerja VW, Daniela Cavallo, menyebut langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap tekanan besar yang dihadapi perusahaan, termasuk biaya energi dan tenaga kerja yang tinggi, kompetisi ketat dengan produsen Asia, serta menurunnya permintaan di Eropa dan China.
“Manajemen sangat serius mengenai hal ini. Ini bukan gertakan dalam putaran perundingan bersama,” ujar Cavallo dalam pertemuan dengan karyawan di kantor pusat VW di Wolfsburg, Jerman, Senin (28/10/2024), seperti dilansir Reuters.
Ia menambahkan bahwa langkah tersebut bisa menjadi awal penjualan besar-besaran aset VW di negara asalnya, Jerman. Cavallo tidak menyebutkan secara spesifik pabrik mana yang akan terdampak atau jumlah pasti karyawan dari total sekitar 300 ribu pekerja di Jerman yang berpotensi terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Rencana restrukturisasi ini muncul di tengah negosiasi panjang antara VW dan serikat pekerja untuk mengurangi biaya operasional. Cavallo juga mengungkapkan bahwa perusahaan berencana untuk memotong gaji merek Volkswagen setidaknya sebesar 10 persen dan membekukan kenaikan gaji hingga 2025 dan 2026.
Sementara itu, ribuan karyawan VW berkumpul di Wolfsburg untuk memprotes rencana tersebut dengan membunyikan klakson dan peluit, menyuarakan tuntutan agar tidak ada satu pun pabrik yang ditutup.
Pihak manajemen VW berencana untuk menyampaikan proposal lebih konkret mengenai pengurangan biaya tenaga kerja pada Rabu (30/10/2024), bersamaan dengan dirilisnya laporan keuangan kuartal ketiga perusahaan.
Salah seorang anggota dewan manajemen VW, Gunnar Kilian menyatakan situasi perusahaan memang genting dan tanggung jawab negosiator sangat besar.
“Tanpa langkah-langkah komprehensif untuk meningkatkan daya saing, kami tidak akan mampu mendanai investasi penting untuk masa depan,” ujarnya.
Selain itu, Kepala Divisi Merek Volkswagen, Thomas Schaefer menyebut produktivitas pabrik-pabrik di Jerman tidak mencukupi, dengan biaya produksi mencapai 25-50 persen lebih tinggi dari target, bahkan pada beberapa lokasi mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan pesaing internasional.
Perubahan besar yang direncanakan VW ini juga menjadi tekanan tambahan bagi pemerintah Jerman yang saat ini berupaya merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi.