Wanti-wanti Ekonom Senior: 7 Langkah Jika Prabowo Ingin Sukses Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Tinggi


Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini membeberkan 7 langkah yang harus ditempuh Prabowo Subianto, presiden terpilih 2024-2029 jika serius dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi 7-8 persen. Apa saja?

Pertama, kata ekonom senior yang dikenal sebagai salah satu pendiri INDEF itu, wujudkan stabilitas makro-ekonomi. Saat ini, kondisinya sudah berat karena menggunungnya utang hingga Rp8.500 triliun.

“Harus dicari solusinya. Yakni income tax rationya harus naik. Penerimaan negara harus dinaikkan 2 kali lipat. Sehingga cicilan utang bisa tinggal setengahnya. Ini bisa mengurangi ketergantungan kita pada utang. Serta mengontrol inflasi exchange rate atau nilai tukar dan suku bunga,” kata Prof Didik, Jakarta, Senin (23/9/2024).

Kedua, lanjut ekonom kelahiran Pamekasan, Madura pada 2 september 1950 ini, benahi kebijakan perdagangan. Di era orde baru (orba), dikenal istilah trade policy. Seluruh duta besar dikerahkan sebagai market access. “Jadi jika ekspor ke suatu negara mengalami kenaikan, maka duta besarnya dianggap berprestasi,” paparnya.

Ketiga, lanjut Prof Didik, diberlakukan kebijakan tarif ekspor yang bisa dinegosiasikan dengan pihak luar. Misalnya ekspor tekstil Indonesia ke Eropa jika dibandingkan ke Vietnam, Amerika Serikat (AS) dan negara lain, dikenai pajak dua kali lipat.

Dalam hal ini, pemerintah perlu menyiapkan insentif bagi industri tekstil dalam negeri yang berorientasi ekspor. “Keempat, identifikasi ekspor menuju industrialisasi harus segera dilakukan. Faisal Basri tidak setuju dengan hilirisasi karena istilah akademiknya adalah industrialisasi,” ungkapnya.

Dia menyarankan pemerintah Indonesia mengikuti jejak Malaysia yang lebih maju dalam mengembangkan kelapa sawit. Saat ini, negeri jiran itu, berhasil mengembangkan 100 jenis produk turunan dari kelapa sawit. Sedangkan Indonesia baru 80 jenis produk turunan. “Alhasil, Malaysia saat ini, terbebas dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap,” terang Prof Didik.

Selanjutnya, dia menyebut upgrading skill dan transfer teknologi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Terutama komoditas karet, nikel dan batu bara harus dihilirisasikan ke dalam.  

“Keenam, produk udang, rumput laut jika diindustrialisasikan bisa naik nilainya 4-5 kali lipat. Harus ada upgrade teknologi. Jika tidak bisa kita lakukan maka harus impor, seperti perakitan otomotif,” terangnya.

Terakhir, buka kembali hasil studi World Bank. “Menurut mereka, ratusan negara di dunia terjebak dalam middle income trap. Solusinya ada beberapa. “Diantaranya, inklusi teknologi, development skill dan masih banyak lagii,” pungkas Prof Didik.