Market

Wanti-wanti Utang Luar Negeri, Bamsoet Soroti Kondisi Fiskal-Moneter

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo menyoroti kondisi fiskal dan moneter Indonesia di tengah ancaman krisis global. Salah satunya, ia mewanti-wanti pemerintah untuk mejaga proporsi atau rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut dia, tantangan yang harus dihadapi pada sektor fiskal ialah normalisasi defisit anggaran, menjaga proporsi utang luar negeri terhadap PDB, dan keberlanjutan biaya infrastruktur.

“Sedangkan tantangan dari segi moneter ialah mengendalikan laju inflasi serta menjaga cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah,” kata dia dalam pidatonya pada pembukaan Sidang Bersama MPR, DPR, dan DPD di Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menilai pengembangan kemampuan sektoral, terutama konsolidasi demokrasi, ekonomi hijau, infrastruktur digital, pembangunan ibu kota negara, dan keberlanjutan komitmen lintas pemerintahan sebagai landasan utama bagi pembangunan nasional jangka panjang, dan upaya memitigasi risiko yang dihadapi di masa depan.

“Defisit anggaran yang harus kembali ke angka kurang dari 3 persen pada tahun 2023, menjadi tantangan utama karena kondisi pemulihan yang tidak menentu,” ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, peningkatan utang yang signifikan menimbulkan beban pembayaran bunga tambahan.

Untuk itu, dia menilai penyusunan prioritas dan realokasi anggaran secara tepat perlu dilakukan sebagai strategi jangka pendek.

“Kebijakan burden sharing tidak hanya dengan moneter, tetapi juga dengan dunia usaha dapat menjadi opsi dalam upaya pembiayaan ketidakpastian di masa mendatang,” tutur politikus Partai Golkar itu.

Sementara itu, strategi jangka panjang, ia menilai, membutuhkan perencanaan pembayaran utang setidaknya untuk 30 tahun kedepan. Pada saat yang bersamaan, perlu juga memastikan kondisi fiskal dan moneter tetap terjaga.

Lebih lanjut, Bamsoet mengatakan pembayaran kupon dan jatuh tempo utang pemerintah akan berdampak pada pengurangan cadangan devisa.

Berdasarkan data Juli 2022, kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia sebesar 21,6 miliar Dolar AS per bulan.

“Kemudian, posisi cadangan devisa Indonesia pada Juli ini masih senilai lebih dari dua kali lipat dari standar kecukupan internasional,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button