Warisan SBY dan Jalan Panjang Indonesia Emas


Ada momen-momen dalam sejarah yang lebih dari sekadar seremoni, melainkan menyimpan pesan mendalam bagi perjalanan bangsa. 

Parade Senja di Magelang kemarin adalah salah satunya. Sebuah momentum yang menghadirkan para pemimpin lintas generasi dalam satu barisan: Pak SBY, Presiden Jokowi, Presiden Prabowo, serta Mbak Puan yang mewakili Ibu Megawati. 

Sebuah simbol bahwa kepemimpinan adalah estafet yang terus berjalan, bahwa politik boleh berbeda, tetapi kepentingan bangsa harus tetap menjadi kompas utama.

Saya teringat mimpi yang pernah diceritakan Pak SBY di Twitter(sekarang X)—tentang dirinya, Pak Jokowi, Ibu Mega, beserta Presiden Ke-8 dalam satu gerbong kereta menuju Jawa Timur. 

Mimpi yang bukan sekadar bunga tidur, tetapi sebuah waskita: bagaimana transisi kepemimpinan harus berjalan baik, bagaimana pemimpin harus bisa duduk bersama, berbicara, dan menyapa rakyat sebagai satu kesatuan. 

Politik memang dinamis, tetapi lebih dari itu, kepemimpinan sejati adalah bagaimana seseorang meninggalkan warisan nilai, bukan sekadar kekuasaan. Dan kemarin, Parade Senja seolah menjadi gambaran nyata dari mimpi tersebut.

Presiden SBY adalah sosok yang paham betul bagaimana transisi kepemimpinan harus berlangsung. Sejak dipilih langsung oleh rakyat pada 2004, beliau menetapkan standar tinggi bagi estafet kepemimpinan nasional yang damai. 

Ia memahami bahwa pergantian pemimpin harus menjadi proses yang sejuk dan tanpa gejolak, demi memperkuat demokrasi. 

Ketika masa jabatannya berakhir pada 2014, SBY aktif membantu persiapan pemerintahan Presiden terpilih Jokowi. Ia melihatnya sebagai kewajiban moral seorang negarawan, bukan sekadar keharusan politik.

Tidak ada kegaduhan, tidak ada drama, yang ada hanya pesan sederhana: negara ini lebih besar dari siapa pun yang memimpinnya. Inilah yang menjadi warisan SBY: memberikan wasiat kepemimpinan agar generasi berikutnya selalu menjunjung tinggi transisi yang damai setiap kali estafet kekuasaan berganti. Pesan ini semakin relevan menjelang 2024, dan akan terus menjadi fondasi menuju Indonesia Emas 2045.

Parade Senja di Akademi Militer (Akmil) Magelang kemarin berlangsung khidmat dan penuh simbol persatuan. Diikuti oleh 1.200 taruna dari tiga matra TNI, ratusan taruna Akademi Kepolisian, hingga kadet Universitas Pertahanan. Selain itu, ada 494 kepala daerah dan 477 wakilnya yang hadir dalam retret kepemimpinan. Sebuah pemandangan yang memperlihatkan bagaimana kebhinekaan Indonesia adalah kekuatan, selama dijaga dalam semangat persatuan.

Di tengah hujan yang mengguyur lapangan, mereka tetap berdiri tegap, menyanyikan lagu kebangsaan, dan menyaksikan defile pasukan dengan penuh kebanggaan. Momen ini mengingatkan kita bahwa Merah Putih lebih besar dari sekadar kepentingan kelompok atau partai. Bahwa keberagaman bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk dirayakan dalam satu tarikan napas kebersamaan.

Yang lebih menarik adalah bagaimana momen ini mempertemukan para pemimpin dari berbagai latar belakang politik. Pak SBY, Presiden Jokowi, Presiden Prabowo, serta Mbak Puan yang mewakili Ibu Megawati berdiri bersama di panggung kehormatan. Di tengah dinamika politik yang sering diwarnai perbedaan, momen ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan yang besar adalah yang mampu mengedepankan persatuan di atas segala perbedaan.

Mimpi tentang Indonesia Emas 2045 bukan sekadar target, tetapi sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan pondasi kuat. Sebuah bangsa tidak akan pernah menjadi besar jika tidak memiliki nilai-nilai fundamental yang dijunjung tinggi oleh rakyat dan pemimpinnya. Ada beberapa nilai yang harus kita pegang teguh jika ingin membawa Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.

1. Persatuan dan Kesatuan

Tidak ada bangsa besar yang terpecah belah. Sejarah dunia telah menunjukkan bahwa perpecahan internal adalah penyebab utama runtuhnya peradaban besar. Indonesia harus terus menjaga persatuan dalam keberagaman, tidak terjebak dalam polarisasi yang memecah-belah rakyat. Parade Senja adalah contoh nyata bagaimana perbedaan latar belakang politik tidak menghalangi para pemimpin untuk berdiri bersama dalam satu panggung.

2. Kepemimpinan yang Visioner

Sebuah bangsa membutuhkan pemimpin yang tidak hanya berpikir untuk lima tahun ke depan, tetapi puluhan tahun ke depan. Kepemimpinan yang memiliki visi besar, bukan hanya sekadar menyelesaikan masalah hari ini, tetapi juga menyiapkan jalan bagi generasi mendatang. SBY telah menunjukkan hal ini dengan membangun fondasi transisi kepemimpinan yang damai. Begitu pula pemimpin selanjutnya harus mampu melihat jauh ke depan demi Indonesia yang lebih kuat.

3. Integritas dan Kejujuran

Bangsa yang besar adalah bangsa yang rakyat dan pemimpinnya menjunjung tinggi kejujuran dan etika. Korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan politik transaksional adalah penyakit yang akan melemahkan fondasi sebuah negara. Jika Indonesia ingin menjadi bangsa besar di 2045, maka nilai integritas harus ditanamkan dalam setiap aspek kehidupan, baik di tingkat individu, organisasi, maupun pemerintahan.

4. Keberanian Menghadapi Tantangan

Tidak ada bangsa besar yang lahir dari kenyamanan. Setiap kemajuan pasti diiringi tantangan besar. Indonesia harus memiliki mental yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan global, mulai dari perubahan ekonomi, geopolitik, hingga tantangan teknologi. Sebuah bangsa yang ingin maju tidak boleh takut mengambil risiko dan melakukan terobosan.

5. Investasi pada Sumber Daya Manusia

Seperti hal yang pernah disampaikan Mas AHY, bangsa besar dibangun oleh manusia yang berkualitas. Jika ingin menjadi negara maju, kita harus berinvestasi besar dalam pendidikan, kesehatan, dan pengembangan keterampilan generasi muda. Tidak ada negara maju yang mengabaikan kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas adalah kunci utama menuju Indonesia Emas 2045.

Masa Depan Indonesia dan Optimisme Menuju 2045

Jika ada satu hal yang bisa kita petik dari Parade Senja, itu adalah optimisme. Bahwa di tengah segala dinamika politik, harapan akan Indonesia yang lebih maju tetap menyala. Jika para pemimpin bisa berdiri bersama dalam satu barisan, maka rakyat pun seharusnya bisa bersatu dalam satu visi: membangun Indonesia yang lebih baik.

Pak SBY telah memberikan teladan bagaimana estafet kepemimpinan harus dijaga dengan baik. Presiden Jokowi melanjutkan itu dengan kerja keras membangun infrastruktur dan stabilitas ekonomi. Presiden Prabowo akan menghadapi tantangan baru dalam membawa Indonesia ke era yang lebih maju.

Saya sebagai salah satu pemuda yang pernah mengalami transisi Presiden Indonesia dari masa ke masa sejak Presiden Soeharto ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak SBY. 

Atas semua nasihat, wejangan, dan kebijaksanaan yang selalu menjadi pegangan bagi kami, para penerus tongkat estafet Indonesia. Tetaplah menjadi panutan bagi bangsa dan negara.

Kita semua ada di sini untuk memastikan bahwa perjalanan ini terus berlanjut, bahwa estafet kepemimpinan tetap terjaga, dan bahwa mimpi Indonesia Emas bukan sekadar wacana, tetapi kenyataan yang harus kita wujudkan bersama.