Sebuah laporan baru yang diterbitkan baru baru ini mengungkapkan bahwa 1,46 miliar pengguna iPhone aktif di seluruh dunia saat ini menjadi target serangan phishing yang canggih.
Menurut pakar keamanan di Symantec yang diwartakan Phone Arena Senin (8/7/2024), para penjahat dunia maya mengirimkan email dan pesan teks yang meniru komunikasi resmi dari Apple, membujuk korban untuk mengklik tautan berbahaya dengan kedok “pemberitahuan penting” tentang akun iCloud mereka.
Pesan menyesatkan ini mengarahkan penerima ke situs web palsu, lengkap dengan verifikasi Captcha untuk meningkatkan kemiripan mereka dengan situs yang sah. Setelah berada di situs ini, pengguna diminta untuk memasukkan detail Apple ID mereka.
Symantec, yang mengeluarkan peringatan keamanan pada 2 Juli, memperingatkan bahwa praktik ini dirancang untuk mengumpulkan ID Apple, memberikan penyerang potensi kontrol atas perangkat korban dan akses ke informasi pribadi dan keuangan yang sensitif.
Apple sangat menyarankan pengguna iPhone untuk mengaktifkan otentikasi dua faktor (2FA) untuk melindungi ID Apple mereka. Langkah keamanan tambahan ini mengharuskan pengguna untuk memasukkan kode enam digit sekali pakai yang dikirim melalui SMS saat mencoba mengakses akun mereka, secara signifikan mengurangi risiko akses yang tidak sah.
![post-cover](https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/07/2faappleid_7b516124b8.jpeg)
Untuk mengaktifkan 2FA, pemilik iPhone harus menavigasi ke Pengaturan, memilih profil mereka di bagian atas, kemudian masuk ke ‘Sign-in & Security’.
Mengikuti petunjuk untuk ‘Mengaktifkan Otentikasi Dua Faktor’ akan mengarah pada masukan nomor telepon tepercaya dan verifikasi berikutnya melalui kode yang dikirim.
Mengingat ancaman ini, pengguna iPhone disarankan untuk memeriksa komunikasi yang diklaim dari Apple dengan hati-hati. Hindari mengklik tautan yang tidak diminta dan selalu verifikasi keaslian setiap permintaan informasi pribadi.
Dengan mengambil tindakan pencegahan ini dan mengaktifkan 2FA, pengguna iPhone dapat membantu mengamankan perangkat dan data pribadi mereka terhadap serangan dunia maya invasif ini.