Tren pembelian baju bekas atau kerap disebut dengan istilah thrifting marak dilakukan kaum muda dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini mendunia dan memunculkan banyak toko-toko online yang menjajakan baju bekas.
Di Indonesia, aktivitas thrifting juga cukup populer. Banyak warganet yang membagikan pengalaman mereka thrifting di beberapa tempat melalui platform TikTok.
Thrifting dinilai sebagai alternatif belanja pakaian yang lebih murah dan ramah lingkungan, ketimbang membeli barang baru.
Namun, ternyata ada bahaya besar yang mengintai dari aktivitas thrifting. ScienceAlert melaporkan, ada banyak penyakit yang bisa ditularkan melalui baju bekas.
Pasalnya, kulit manusia secara natural memiliki lapisan jutaan bakteri, jamur, dan firus, yang secara kolektif disebut skin microbiome. Artinya, setiap baju yang dikenakan akan memiliki kontak langsung dengan microbiome tersebut.
Beberapa mikroba yang menempel pada kulit antara lain bakteri Staphylococcus yang menyebabkan infeksi staph, Streptococcus yang merupakan bakteri di balik strep A, jamur semacam Candida yang secara umum menyebabkan thrush, serta virus seperti Human Papillomavirus yang menyebabkan HPV.
Lebih detail lagi, infeksi staph dapat menyerang beberapa bagian tubuh seperti kulit, aliran darah, tulang, jantung, dan paru-paru. Lalu strep A dapat menyebabkan radang tenggerokan dengan amandel yang bengkak dan muncul bercak putih.
Sementara thrush merupakan infeksi jamur yang menyerang mulut, kulit, atau vagina. Terakhir, HPV adalah virus yang menyebabkan infeksi pada kulit dan selaput lendir, seperti tenggerokan, alat kelamin, dan mulut.
Setiap orang memiliki skin microbiome yang unik pada diri mereka. Apa yang merupakan hal normal pada seseorang, bisa menyebabkan bahaya penyakit bagi orang lain.
Pakaian merupakan salah satu pembawa berbagai bakteri dari kulit manusia. Artinya, jika pakaian bekas tidak dibersihkan secara maksimal sebelum dijual kembali, maka skin microbiome dari pemilik sebelumnya bisa mendatangkan bahaya bagi pembeli.
Sebuah survei pada pakaian bekas yang spesifik beredar di Pakistan telah mendeteksi adanya Bacillus Subtilus dan Staphylococcus Aureus pada banyak sampel yang dikumpulkan.
Bakteri tersebut menyebabkan infeksi pada kulit dan darah. Parasitnya dapat menyebabkan dermatitis dan tungau kudis pada kulit.
Untuk itu, bagi Anda yang menyenangi aktivitas thrifting harus berhati-hati. Dianjurkan untuk membersihkan pakaian bekas yang dibelinya secara menyeluruh sebelum memakainya.
Cara Mencuci Pakaian Bekas yang Benar
Sebagai informasi penting, mikroba membutuhkan air untuk tumbuh. Area kulit yang paling lembab, seperti ketiak, kaki, dan area kelamin, cenderung merupakan area paling rentan terdapat bakteri.
Dianjurkan para pembeli pakaian bekas untuk mencuci kembali bajunya dengan deterjen anti bakteri dan temperatur sekitar 60 derajat Celcius. Jangan pakai air dingin, karena tak akan membunuh mikroba yang menempel pada pakaian.
Anda juga bisa merendam pakaian bekas terlebih dahulu selama 2 hingga 3 jam untuk membunuh berbagai pathogen yang tertempel pada pakaian bekas. Setelah itu, baru dapat dimasukkan ke mesin cuci.
Perlu dicatat, pakaian bekas juga harus dicuci terpisah dengan pakaian reguler yang sudah ada di lemari agar tak terjadi kontaminasi.
Terakhir, pastikan untuk menyetrika atau gunakan steam dengan suhu sekitar 60 derajat Celcius. Hal ini efektif untuk membunuh bakteri, virus, dan telur parasit yang masih tersisa.