Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan total jumlah anak-anak penerima dosis kedua vaksin polio di Gaza tengah mencapai hampir 157 ribu pada hari kedua putaran vaksinasi saat ini.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan di platform media sosial X, Rabu (16/10/2024), selain vaksinasi polio yang terus berlanjut, lebih dari 128 ribu anak juga menerima suplemen vitamin A.
“Kami menyerukan agar jeda kemanusiaan terus dihormati. Kami juga menyerukan gencatan senjata dan perdamaian,” kata Tedros.
Sebelumnya juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan dalam sebuah pengarahan PBB di Jenewa, Swiss, Selasa (15/10/2024), bahwa pada hari pertama kampanye vaksinasi polio putaran kedua, sesuai dengan harapan, sekitar 92.800 anak di bawah usia 10 tahun menerima dosis kedua vaksin polio.
Tidak ada masalah besar yang dilaporkan, tambahnya.
Diperkirakan sekitar 590 ribu anak di seluruh wilayah Jalur Gaza diharapkan menerima dosis kedua selama 10 hari ke depan, jelasnya.
Pada tahap pertama kampanye, yang berakhir pada 12 September 2024, lebih dari setengah juta anak Palestina telah memperoleh vaksin polio.
Wabah yang tak Terelakkan
Abdul Raouf al-Manaama, seorang profesor mikrobiologi di Universitas Islam Gaza, menegaskan bahwa vaksin yang digunakan di Gaza telah melalui prosedur keamanan global standar, khususnya oleh WHO dan organisasi lain, yang menjamin keamanannya bagi pengguna.
“Strain yang baru-baru ini diisolasi dan ditemukan berbeda dari strain sebelumnya, sehingga memerlukan vaksin yang baru dan berbeda. Selain itu, perang yang berlangsung hampir setahun telah membuat banyak anak yang lahir selama masa ini tidak mendapatkan vaksinasi yang dijadwalkan,” jelasnya.
“Dosis ini ditujukan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, menciptakan memori kekebalan tubuh terhadap penyakit. Ini adalah proses yang sudah mapan, dan ini bukan hal baru. Vaksin yang sama telah digunakan selama bertahun-tahun dan aman.”
Profesor itu menghubungkan munculnya virus polio, yang menyebar melalui air dan makanan terkontaminasi mengandung kotoran manusia terinfeksi, dengan kondisi perang yang membuat penduduk kehilangan sistem pembuangan limbah yang aman, akses ke air minum yang bersih dan tidak terkontaminasi, serta kebersihan pribadi dan publik yang tepat.
“Kekebalan tubuh warga Gaza yang melemah akibat perang, blokade, kekurangan gizi, dan berbagai bentuk dampaknya, ditambah dengan buruknya kesehatan mental, membuat penyebaran penyakit, termasuk polio, tak terelakkan di tengah masyarakat,” ungkapnya.