WHO: Nyaris tak Ada Layanan Kesehatan yang Tersisa di Jalur Gaza Utara


Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut hampir tidak ada layanan kesehatan yang tersisa di Jalur Gaza utara karena Israel masih melarang masuk misi bantuan ke wilayah tersebut.

Tedros juga mengungkapkan dua misi WHO tujuan Gaza utara dihalangi dan kembali ditolak oleh pendudukan Israel.

“Kami mendesak Israel agar menghentikan perintah evakuasi dan melindungi rumah sakit. Gaza Utara hampir tidak mempunyai layanan kesehatan yang tersisa. Orang-orang tidak mempunyai tempat tujuan,” kata Tedros lewat unggahan di platfor media sosial X yang dikutip Jumat (11/10/2024).

Lebih lanjut, petinggi WHO itu meminta Israel agar memfasilitasi misi kemanusiaan seraya menyatakan: “Nyawa orang-orang bergantung pada itu.”

Tedros juga mendesak Israel agar mengupayakan gencatan senjata. “Semua orang yang terjebak di dalam konflik ini butuh perdamaian,” katanya.

WFP Peringatkan Ancaman Kelaparan

Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) pada Kamis (10/10/2024) mengeluarkan peringatan akan ancaman kelaparan akut yang terjadi di Jalur Gaza di tengah tragedi dan kesengsaraan di wilayah kantung Palestina itu.

“Saat musim dingin tiba, setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup. Kelaparan masih merajalela dan ancaman bencana kelaparan masih ada,” kata badan PBB itu di platform X.

WFP menyampaikan kekhawatiran bahwa upaya membawa masuk pasokan penting akan lebih menantang, seraya menambahkan bahwa hal itu harus berhenti.

Awal pekan ini, WFP memperingatkan bahwa 1 juta orang berisiko kehilangan dukungan vital jika aliran bantuan tidak dilanjutkan.

Bantuan yang memasuki Jalur (Gaza) telah menurun drastis dalam beberapa bulan, yang memaksa WFP menghentikan distribusi paket makanan pada bulan Oktober,” kata badan itu dalam sebuah pernyataan.

WFP mencatat ada sekitar 100 ribu ton makanan yang ditempatkan di berbagai koridor –Yordania, Ashdod, dan Mesir– yang cukup untuk memberi makan lebih dari 1 juta orang selama lima bulan, tetapi penutupan titik penyeberangan, masalah keamanan, dan gangguan rute di penyeberangan membatasi pengiriman bantuan.

“Dengan semakin dekatnya musim dingin, dan setelah mengalami konflik selama satu tahun, warga Gaza mendapati diri mereka tanpa tempat berlindung yang memadai, tidak ada bahan bakar, dan sangat sedikit bantuan,” kata WFP.

Laporan tersebut juga menyoroti situasi yang memburuk di Tepi Barat yang diduduki, dengan menyatakan ‘kekhawatiran yang mendalam’ atas perkembangan tersebut, karena situasinya tidak stabil.

“Operasi militer Israel berskala besar, pembatasan pergerakan, dan meningkatnya kekerasan pemukim berkontribusi terhadap meningkatnya kelaparan,” demikian pernyataan WFP.