Market

Wujudkan Petani Sejahtera, Mentan SYL Dorong Peran Swasta

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong peran swasta dalam memajukan pertanian serta kesejahteraan petani di Indonesia. Termasuk peran aktif Wilmar Padi Indonesia (WPI).

“Peran swasta jelas diharapkan, apalagi yang benar-benar komit untuk meningkatkan kesejahteraan petani kita. Kami sangat mendukung dan mendorong keterlibatan swasta dalam meningkatkan potensi pertanian,” ujar Mentan SYL, dikutip Selasa (28/3/2023).

Sementara itu, Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto, mengatakan, WPI terus meningkatkan pola kemitraan dengan petani. Tahun ini, perseroan menargetkan kemitraan melalui Farmer Engagement Program (FEP) menjadi 10 ribu hektare (ha). Naik signifikan ketimbang tahun lalu yang hanya 3.366 ha. “Ada tiga lokasi baru untuk FEP tahun ini adalah Pandeglang, Lampung, dan Kuala Tanjung,” papar Saronto.

Peningkatan kemitraan ini, kata dia, terjadi karena program tersebut mendapat respon positif dari petani, terutama karena adanya pendampingan dari tim agronomis perusahaan yang membantu meningkatkan produktivitas mitra. Berdasarkan data di lapangan, peningkatan produktivitas dalam pendampingan tersebut minimal 15 persen.

“Melalui pendampingan petani dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga dengan sendirinya pendapatan mereka meningkat,” kata Saronto.

Dia mengutarakan, pada musim tanam I (November 2022-Februari 2023), jumlah petani peserta FEP mencapai 2.302 orang dengan luas lahan 2.815 ha. Angka tersebut melonjak dibanding periode sama tahun lalu yang hanya 1.626 orang dengan luas lahan 1.113 ha.

Sejak musim tanam II (Maret-Juni 2021) hingga saat ini, total petani yang telah bergabung dalam FEP sebanyak 7.561 orang dengan luas lahan 6.798 ha yang tersebar di Jawa dan Sumatera. FEP dimulai sejak musim tanam II 2021 dengan luas lahan kemitraan 141 ha.

Program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Dalam program itu, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, yaitu asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerjasama dengan Jasindo dan pemerintah daerah yang memberikan subsidi untuk petani.

Masih kata Saronto, WPI juga menggandeng Asuransi Central Asia (ACA), menerapkan good agriculture practices (GAP), serta membantu petani dalam mengakses pasar yaitu perusahaan menyerap produksi beras petani dengan harga yang baik dan wajar.

Perusahaan mampu membeli gabah petani dengan harga wajar karena efisiensi produksi dan mampu memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang memberikan nilai tambah. Seperti, bekatul, kulit, menir dan sekam.

“Sedangkan dasar pembelian gabah ditentukan oleh kualitas yang ditentukan oleh kadar air, kadar kotoran, dan butir hijau. Intinya pembelian ditentukan oleh rendemen,” kata Saronto.

Saronto menjelaskan, dalam menjalankan bisnisnya, WPI memiliki tiga tujuan utama. Pertama, membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli gabah dengan harga yang baik dan wajar. Kedua, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan. Ketiga, membantu pemerintah mengendalikan inflasi akibat dampak kenaikan harga beras. “Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri,” kata dia.

Pihaknya juga menghadapi sejumlah tantangan dalam program tersebut. Diantaranya, edukasi pengetahuan dan teknologi baru yang diperkenalkan tim FEP karena adanya knowledge gap. Selain itu, tim juga harus membangun hubungan emosional yang kuat dengan petani, karena tidak jarang saat panen tiba mereka didekati oleh tengkulak dengan iming-iming harga yang lebih tinggi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button