Kanal

Kota Ramallah dan Hebron di Tengah Konflik Palestina-Israel

Israel terus memperkuat cengkraman dan memperluas pendudukannya di Palestina. Wilayah Palestina terus berkurang dan terjepit di sela kokohnya tembok tembok dan pemukiman Yahudi yang dibangun zionis Israel. Israel telah mencaplok sekitar 90 persen wilayah Palestina.

Oleh: Wiguna Taher

Selama Ramadan tahun 1444 H ini, kebrutalan Zionis Israel terhadap warga Palestina kian menjadi jadi. Polisi Israel menyerang dan mengusir warga Palestina yang tengah beribadah di komplek Masjidil Aqsa menghiasi pemberitaan di dalam dan luar negeri. Banyak negara, bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengutuk tindakan tersebut. Tapi aksi brutal polisi Israel masih saja berlanjut dan warga Palestina seperti biasanya terus melakukan perlawanan dengan peralatan seadanya.

Penulis yang tahun 2016 silam berkesempatan mengunjungi Palestina menyaksikan langsung betapa Palestina sampai kini masih menjadi bangsa terjajah, hidup miskin dan terbelakang. Bahkan untuk beribadah pun mereka tidak sebebas warga muslim di belahan bumi lainnya, seperti di Indonesia.

Konflik Palestina-Israel sudah terjadi sejak lama sekitar tahun 2.000 sebelum masehi. Tetapi dalam sejarah modern pertikaian Palestina-Israel dimulai pada tahun 1967, ketika Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria. Dalam perang itu Israel menjadi pemenang dan berhasil merebut wilayah Sinai, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat dan Yerussalem.

Sejak saat itu Israel terus memperkuat cengkraman dan memperluas pendudukannya di Palestina. Wilayah Palestina sendiri terus berkurang dan terjepit di sela kokohnya tembok tembok dan pemukiman Yahudi yang dibangun zionis Israel. Israel telah mencaplok sekitar 90 persen wilayah Palestina.

Dari sedikit wilayah yang tersisa itu adalah Kota Ramallah, sebuah kota di Palestina yang terletak di tengah Tepi Barat sekitar 10 km sisi utara Yerusalem. Populasi kota dengan luas 16 km persegi ini berjumlah lebih kurang 23 ribu jiwa. Ramallah adalah kota modern dan di kota ini pula terletak kantor Pusat Otoritas Nasional Palestina.

Kondisi kehidupan di Ibu Kota Palestina ini sepintas berjalan seperti biasanya. Tetapi kalau dicermati lebih jauh, seperti masyarakat Palestina pada umumnya yang 75 persen diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan, begitu pula dengan warga Ramallah.

Betapa tidak kota Ramallah di kelilingi tembok pemisah yang sengaja dibangun Israel untuk mengisolasi penduduk Palestina. Pembangunan tembok ini banyak dikecam dunia karena mengganggu kehidupan bangsa Palestina serta bertujuan mencaplok daerah Palestina.

Panjang tembok pemisah ini seluruhnya sekitar 700 km dan 90 persen di antaranya merupakan pagar dengan pemisah vehikel kawat berduri. Selebihnya merupakan tembok beton setinggi 8 meter. Tembok Pemisah ini umumnya dibangun di Tepi Barat dan sebagian menyusuri garis hijau antara Tepi Barat Israel dan Palestina.

Sebelum pendudukan Israel, Ramallah adalah sebuah kota yang indah dan pernah menjadi pusat kawasan peristirahatan masyarakat Arab. Distrik Ramallah sempat memperoleh julukan sebagai Pengantin Palestina.

Pada masa itu, para pelancong dari tempat-tempat yang jauh seperti Kuwait, Ira dan Arab Saudi ramai bertandang ke Ramallah. Lokasi kota yang terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, memberinya iklim yang menyenangkan. Tetapi itu dulu. Saat ini kehidupan di Ramallah sudah jauh berbeda.

Kota Hebron

Sama halnya dengan Kota Hebron. Hebron adalah nama lain dari Al Khalil yaitu nama yang disematkan pada Nabi Ibrahim Allaiasallam. Kota ini terletak di Tepi Barat Palestina. Hebron merupakan salah satu kota terbesar di Tepi Barat atau sekitar 30 kilometer di selatan Kota Yerusalem.

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, sekitar abad ke 7 M, pemerintahan Islam berhasil memasuki kota Hebron tanpa perlawanan. Selama masa itu kehidupan masyarakat berjalan damai dan tenteram, bahkan pusat perdagangan berkembang pesat.

Pada masa pemerintahan Mamluk dan Ayyubiyah, wilayah Hebron berganti nama menjadi Al-Khalil.  Nama ini diberikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi setelah ia merebut kota tersebut pada tahun 1187 M.

Ketika pemerintahan Ayyubiyah digantikan kekuasaan Turki Ustmani, dikeluarkan dekrit yang melarang orang Kristen dan Yahudi memasuki Hebron. Dekrit pelarangan ini berkahir pada pertengahan abad ke 14 sehingga semua orang bisa memasuki Hebron. Di masa pendudukan Israel, Hebron menjadi salah satu kota yang menjadi ajang konflik bersenjata.

Kota Hebron biasanya ramai dikunjungi peziarah. Di kota ini berdiri masjid Ibrahim yang di dalamnya terdapat makam beberapa nabi, salah satunya makam Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Sarah. Nabi Ishak dan Ya’kub bersama istri mereka, Ribka dan Leah juga dimakamkan di tempat itu. Itu sebabnya orang Yahudi mengangap Hebron sebagai kota suci.

Dalam sejumlah riwayat disebutkan, Nabi Ibrahim sebelum membawa Siti Hajar dan Ismail ke Mekah mereka tinggal di Hebron. Nabi Ibrahim menetap di kota ini setelah meninggalkan Kota Babilonia karena dikejar Raja Namruz setelah ia menghancurkan berhala yang menjadi sesembahan masyarakat saat itu.

Di Hebron lah Siti  Hajar melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail. Kelahiran Ismail ini membuat cemburu Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Maka demi menjaga keutuhan rumah tangganya, Nabi Ibrahim membawa Ismail dan Siti Hajar berhijrah ke Mekah.

Wiguna Taher (Pemimpin Redaksi inilah.com – dari berbagai sumber)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button