News

Cerita Budayawan Embi C Noer Gagas Kentongan Simbol Perubahan Kubu AMIN

Budayawan Embi C. Noer turut ambil peran dalam Gerakan Rakyat Kentongan Perubahan 57 yang digagas kubu Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Baswedan-Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) Muhaimin Iskandar. Embi pun blak-blakan mengungkapkan aspek yang menjadi sumber inspirasinya.

“Saya mencoba untuk berpikir sebetulnya apa yang bisa dijadikan semacam simbol pemersatu, yang bisa dikategorikan sebagai Indonesia. Pada satu waktu dalam perjalanan ke Solo di kereta, tiba-tiba terbersit pikiran untuk menengok atau melihat kembali potensi dari kentongan,” kata Embi di Rumah Koalisi Perubahan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/11/2023).

Mungkin anda suka

Dia kemudian membuat prosa Kentongan 57 yang diambil dari puisi tua Jepang bernama Haiku. Namun, Embi hanya mengambil dua baris saja.

“Kentongan dipilih oleh pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) pada Pilpres 2024, saya harapkan sebagai identitas budaya. Pilihan kentongan sebagai identitas budaya didasari semangat konsisten pada gerakan-gerakan perubahan kebudayaan yang muaranya adalah kembali ke rakyat,” ujarnya.

Kentongan yang terbuat dari bambu, juga dimaknai oleh Embi sebagai fleksibilitas sosial, kuat dalam kebersamaan, dan tetap teguh.

“Rakyat pendukung gerakan perubahan AMIN, semoga akan menabuh kentongan sebagai ekspresi identitas jati dirinya,” ujar Embi menambahkan.

Sebelumnya, Juru Bicara Bacapres Anies Baswedan, Sudirman Said menyebut, gerakan rakyat kentongan perubahan itu antara lain bertujuan mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia sedang tak baik-baik saja.

“Pada 78 tahun kemerdekaan, kami memperhatikan suasana yang jangan-jangan dapat mengancam cita-cita para pendiri bangsa,” kata Sudirman di Rumah Koalisi Perubahan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/11/2023).

Sudirman mengemukakan soal demokrasi yang sedang dalam tekanan. Sementara, kolusi dan nepotisme menjamah puncak-puncak kekuasaan.

Ia menilai, para pemimpin saat ini tidak lagi berpegang pada tata hukum dan etika. Padahal, mereka seharusnya dapat menjadi teladan bagi warganya.

“Kemudian banyak sekali penyimpangan etika publik yang menyebabkan seluruh rakyat itu seperti dilanda kecemasan, kami khawatir hal-hal seperti ini terus menggerogoti kehidupan berbangsa kita sehingga mengancam cita-cita kemerdekaan yang telah ditorehkan para pendiri bangsa,” katanya.

Oleh karena itu, Sudirman merasa Indonesia sedang dalam keadaan bahaya sehingga dirinya bersama para relawan meluncurkan gerakan rakyat dengan simbol kentongan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button