Market

Menko Luhut Kejar Data Kebun Sawit, GAPKI Tolak Pajak Tambahan

Usai dikeluhkan Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan, karena data luasan perkebunan sawit nasional sehingga berkurangnya setoran pajak, para pengusaha kelapa sawit memberikan tanggapannya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono berharap tidak ada lagi pajak tambahan bagi para pelaku industri sawit nasional.

“Pajak sudah cukup banyak dibebankan kepada pelaku industri sawit, jadi sudah cukup untuk pajak. Jangan ada tambahan lagi, sehingga, kita tidak lagi kompetitif di luar negeri, harga kita akan tertekan,” ujar Eddy yang dikutip dalam acara Special Dialogue bertajuk “Menggapai Sawit Tetap Jadi Andalan Indonesia saat Dunia Penuh Ketidakpastian” di Jakarta, Senin (26/6/2023).

Ia mengungkapkan, persaingan perdagangan produk minyak nabati semakin ketat di tingkat global, seiring dengan berbagai bahan baku alternatif nonsawit yang berasal dari berbagai negara lain.

“Data dari Oil World, ternyata terjadi peningkatan tanaman minyak nabati nonsawit. Artinya, mereka berusaha menghilangkan ketergantungan (terhadap sawit), ujung-ujungnya kita sendiri yang kesulitan, pasar kita yang turun,” ujar Eddy.

Pada akhir pekan lalu, Menko Luhut selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit dan Optimalisasi Penerimaan Negara di Jakarta melakukan rapat koordinasi. Dalam rakor Jumat pekan lalu, hadir pula Menko Polhukam, Mahfud MD. Dia menyebutkan ada oknum pejabat di balik 3,3 juta hektare (ha) lahan sawit yang masuk kawasan hutan.

Luhut yang ternyata mendapat tugas khusus dari Presiden Jokowi untuk membereskan tata kelola industri kelapa sawit, juga mengeluhkan jika Indonesia tidak punya data yang akurat soal luasan kebun kelapa sawit. Pada kesimpulan saat ini, salah satu masalah utamanya adalah kondisi hilir industri kelapa sawit yang semrawut yang menjalar sampai ke hulu industri tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya pemulihan ekspor minyak sawit (CPO) sepanjang Juni 2022 setelah melewati masa larangan ekspor pada Mei 2022 lalu. Tercatat, nilai ekspor minyak sawit pada Juni 2022 mencapai 2,46 miliar dolar AS atau naik 862,6 persen dari bulan sebelumnya.

Untuk volume ekspor minyak sawit pada Juni lalu, kata Kepala BPS, Margo Yuwonomencapai 1763,3 ton. Sementara pada Mei lalu hanya 182,8 ribu ton. Ekspor pada Juni juga tercatat lebih tinggi dari periode April 2022 yang sebesar 1.526,2 ribu ton.

Hasil produk minyak sawit setidaknya menyumbang 54 persen terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia selama Juni 2022. Sebagai informasi, neraca perdagangan barang Indonesia pada bulan lalu mencapai 5,09 miliar dolar AS.

Sedangkan tren harga sawit dunia semester II 2022 sudah mengalami penurunan. Rata-rata harga CPO dunia selama Juni 2022 sebesar 1.501,1 dolar AS per ton. Harga itu mengalami penurunan 12,57 persen dibandingkan Mei 2022 namun masih lebih tinggi 49,4 persen jika dibandingkan bulan Juni 2021.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button