Saat terjadi kenaikan harga pangan di masyarakat, muncullah beberapa strategi untuk meningkatkan produksi pangan. Salah satunya, menggunakan lahan rawa untuk dijadikan lahan sawah sehingga bisa untuk meningkatkan produksi padi.
Salah satu incaran yang akan digunakan untuk membuat lahan sawah adalah rawa di Kalimantan Tengah. Mentan, Amran Sulaiman menargetkan Indonesia swasembada beras pada 2025 mendatang. Target tersebut bakal dicapai melalui program cetak sawah di lahan rawa seluas 1 juta hektare tahun depan.
Adapun program cetak sawah baru segera dilakukan di sejumlah daerah, antara lain Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Namun Direktur Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Kalteng, Bayu Herinata mengingatkan tidak semua lahan rawa bisa disulap menjadi lahan sawah. Sebab ada area rawa yang bermanfaat sebagai resapan saat musim hujan sehingga tidak mengalami banjir.
“Jadi kajiannya harus lengkap, dampak lingkungan, dampak sosialnya dan dampak ekonomi. Tidak semua lahan gambut bisa dijadikan lahan persawahan. Karena memang salah satunya untuk mengendalikan banjir,” katanya kepada inilah.com, Senin (27/11/2023).
Menurut Bayu, wilayah Kalimantan Tengah sudah beberapa kali menjadi tempat untuk mencetak sawah atau lumbung pangan (food estate). Namun karena tidak dilengkapi dengan kajian yang mendalam sehingga tidak memuaskan.
Proyek pengembangan pangan di lahan gambut telah terbukti gagal sejak tahun 1995 hingga terakhir proyek food estate. Bisa gagal karena tidak menjadikan faktor ekosistem, kesesuaian lahan dan kondisi sosial masyarakat.
“Menurut saya, dalam pengembangan pangan harus memperhatikan kondisi masyarakat adat setempat. Tentang apa yang sudah dijalankan selama ini. Sebab mereka sudah bisa menjaga kebutuhan pangan dan kedaulatan pangan,” jelasnya.
Dengan mendalami masyarakat dalam bercocok tanam selama ini maka akan diketahui strategi yang pas dalam meningkatkan produksi pangan. Di Kalimantan didominasi petani ladang, sehingga tidak sama bila harus bercocok tanam di lahan bawah atau bekas rawa.
Bayu menegaskan masyarakat setempat memiliki kebiasaan cara bercocok tanam di ladang. Jadi jangan nantinya dipaksa beralih untuk menanam padi di lahan rawa.
Demikian juga, lahan yang sudah dimiliki warga untuk tetap dipertahankan menjadi ladang. “Misalnya terkonversi menjadi lahan perkebunan, baik sawit atau apa pun itu, atau ditanami dengan tanaman komoditas bukan pangan,” katanya.
Bila ingin meningkatkan produk pangan di Kalteng maka Bayu mengharapkan ada dukungan insentif bagi petani setempat. Dengan insentif tertentu maka diarahkan untuk memaksimalkan produksi pangan yang sudah ada. “Tetapi harus tetap melindungi kearifan lokal,” tegasnya.
Selain program mencetak sawah 1 juta hektare, kementeriannya akan menyiapkan bibit unggul untuk para petani. Langkah selanjutnya adalah memastikan irigasi berfungsi dengan baik.
Amran menilai saat ini masih banyak lahan rawa di Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Amran pun membeberkan peta jalan pemerintah untuk mencapai target sebagai lumbung pangan dunia. Pada 2024, ia bakal mengolah 1 juta hektare lahan rawa-rawa dengan target hasil produksi beras 2,5 juta ton beras. Jadi harapannya dapat menekan jumlah impor beras.
Leave a Reply
Lihat Komentar