Hangout

7 dari 10 Orang di Jakarta Tidak Paham Lindungi Diri dari Polusi Udara

Polusi udara saat ini menjadi masalah serius. Keadaan ini turut mengancam kondisi kesehatan masyarakat, terutama bagi masyarakat Jakarta, Bekasi, Tanggerang, dan sekitarnya karena tingkat polusi udara sangat tinggi.

Meski kondisi polusi udara sangat tinggi, masih terdapat banyak masyarakat Jakarta yang tidak menyadari risiko bahaya akibat polusi udara.

Melihat hal itu, Health Collaborative Center (HCC) melakukan survey ‘Indeks Intensi dan Pemaknaan Perlindungan Diri Warga Jakarta Terhadap Polusi Udara’.

Perolehan data pada survey ini dilakukan melalui pengumpulan data dengan kuisioner self-care behavior dengan cara survey online terkontrol.

Setelah melakukan survey, hasilnya memperlihatkan masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengerti mengenai pemaknaan perlindungan diri terhadap polusi udara.

“Sebanyak 65 persen atau 7 dari 10 masyarakat Jakarta tidak memiliki sense atau inisiatif untuk melindungi diri dari dampak polusi udara. Berdasarkan analisis lanjutan, terlihat bahwa seorang warga Jakarta berpotensi 10 kali lebih besar untuk tidak menerapkan perlindungan diri dari dampak polusi udara,” kata Dr.dr, Ray Wagiu Baswori, MKK dalam temu media publikasi penelitian HCC, Jakarta, Kamis (24/08/2023).

Mayoritas dari masyarakat Jakarta mengetahui mengenai polusi udara melalui pemberitaan yang ada di media. Kemudian, ternyata masyarakat terlihat hanya mengetahui ada polusi udara tanpa memahami dampak negatif dari terpaparnya polusi udara.

“49 persen atau 1 dari 2 warga Jakarta mengetahui isu polusi udara melalui media. Lalu, 32 persen atau 3 dari 10 warga Jakarta tidak memahami dengan jelas informasi polusi udara,” tambah Ray.

Survey ini dilakukan oleh Ray Wagiu Basrowi sebagai peneliti utama dan Yoli Farradika sebagai peneliti pendamping. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan health belief model (HBM), dimana HBM ini merupakan model yang mencoba menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dan keyakinan seseorang terhadap kesehatannya yang dapat memprediksi tingkah laku seseorang.

Pemerintah Harus Gercep Atasi Polusi Udara

Semakin banyaknya masyarakat yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Ray menilai pemerintah harus gerak cepat (gercep) untuk mengatasi masalah ini. Karena, Ray menambahkan, tingkan polusi udara yang ugal-ugalan ini sangat berbahaya sehingga butuh kerja keras untuk pemerintah agar masyarakat lebih tahun dan menyadari situasi saat ini.

Health Collaborative Center (HCC) adalah wadah promosi dan advokasi kesehatan nirlaba di Indonesia bergerak dalam bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas.

Indikator yang dinilai dalam suvey ini adalah intensi atau niat sadar untuk menjalankan suatu tindakan, indeks intensi perilaku kesehatan dalam mengukur potensi niat individu atau kelompok pada suatu tindakan kesehatan, terutama pencegahan.

Kemudian skor intensi yang diukur dengan self-care behavior untuk mengukur potensi niatan perilaku perlindungan diri masyarakat, dan dilakukan literature review sederhana untuk mengidentifikasi instrument penelitian.

Total populasi dalam survey ini sebanyak 1.800 orang dan terbagi dalam 19 persen laki-laki, 81 persen perempuan, 79 persen masyarakat berusia 26 hingga 55 tahun, dan dengan berbagai latar belakang pendidikan maupun pekerjaan. Margin of Error dalam penelitian ini yaitu 2,28 persen (sedang).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button