Hangout

8 Cedera yang Kerap Menimpa Pesepakbola

8-cedera-yang-kerap-menimpa-pesepakbola

Dukungan untuk Tim Nasional (Timnas) Indonesia pada ajang Piala Asian Football Federation (AFF) terus bergulir. Dalam setiap pertandingan sepak bola, terlihat ada pesepakbola yang mengalami cedera. Lantas, apa saja jenis cedera yang kerap menimpa pesepakbola?

Sepak bola menjadi salah satu contact sports yang rawan cedera karena olahraga ini melibatkan kontak fisik yang tinggi antar pemainnya.

“Kontak fisik yang keras dapat terjadi hampir setiap saat, ketika pemain menggiring bola, merebut bola dengan kaki atau beradu kepala di udara, sampai ketika menendang bola ke gawang,” kata dr. Grace Joselini Corlesa, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Sabtu (07/01/2023).

Pesepakbola dapat mengalami cedera ringan, seperti memar atau lecet, cedera pada ligamen, otot, tendon, sendi, tulang, hingga cedera kepala.

“Selain kontak fisik antar pemain, cedera pada pesepakbola dapat terjadi karena gerakan pemain yang terlalu cepat, mendarat setelah melompat dengan posisi yang salah, atau gerakan menendang bola yang kurang tepat,” tambahnya.

Masih menurutnya, latihan berlebihan dan kurang istirahat, kondisi lapangan kurang memadai, hingga kurang pemanasan dan pendinginan juga dapat menjadi faktor penyebab cedera.

Berikut ini adalah beberapa cedera yang kerap dialami pesepakbola:

1. Cedera ligamen

Salah satu cedera yang menjadi momok pesepakbola adalah cedera anterior cruciate ligaments (ACL), yakni ligamen penahan persendian lutut. Cedera ACL disebabkan ketika pemain bergerak terlalu cepat, atau gerakan memutar lutut yang tiba-tiba.

Masa penyembuhan cedera ACL yang memakan waktu lama antara 6 bulan hingga 3 tahun, menjadi alasan mengapa cedera ini adalah momok para pesepakbola dan pegiat olahraga.

“Selain ACL, ada pula ankle sprain. Cedera keseleo pada pergelangan kaki ini terjadi akibat ligamen teregang atau robek karena kaki tertekuk ke dalam atau ke luar saat menumpu atau kaki terpelintir,” paparnya.

2. Strain

Cedera strain merupakan robek atau meregangnya otot. Otot yang kerap mengalami cedera strain ini adalah otot hamstring yang membentang dari bagian bawah bokong hingga bagian belakang lutut.

“Gerakan berlari, mengejar bola, dan berhenti yang terus menerus dalam sepak bola dapat menyebabkan cedera pada otot ini,” ujarnya.

3. Cedera tendon

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan otot ke tulang. Pada olahraga sepak bola, cedera tendon dapat mengenai tendon lutut atau tendon pergelangan kaki bagian belakang (tendon achiles).

“Kondisi ini dapat terjadi akibat jatuh langsung pada lutut atau mendarat dengan keras ketika melompat,” katanya.

4. Robekan meniskus

Meniskus berfungsi sebagai bantalan untuk sendi lutut. Robekan pada meniskus ini dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkak, serta keterbatasan gerak. Cedera ini sering disebabkan oleh gerakan memutar lutut secara tiba-tiba.

5. Dislokasi

Cedera ini merupakan terlepasnya sendi dari tempat yang seharusnya akibat hantaman keras antar pemain. Pada keadaan ini dapat timbul gejala berupa rasa nyeri, kesulitan bergerak, terjadi penurunan kekuatan pada area yang terlibat, dan dapat tampak adanya bentuk sendi yang tidak seharusnya.

6. Runner’s Knee

Cedera lutut ini menyebabkan tulang rawan di bawah tempurung lutut rusak. Kerusakan dapat disebabkan karena adanya benturan pada lutut atau overuse injury pada lutut.

7. Shin splints

Timbulnya nyeri di bagian tulang kering bagian bawah, seringkali terjadi saat latihan fisik atlet sepak bola. Kondisi ini dapat terjadi akibat berlatih menggunakan alas kaki yang tidak tepat.

“Keretakan ringan pada tulang juga sering kali merupakan akibat dari pergerakan kaki yang berlebihan atau dampak berulang pada tulang, terutama bagi pemain sepak bola,” tambahnya.

8. Cedera kepala

Dari semua jenis olahraga, sepak bola memiliki risiko gegar otak yang paling tinggi. Gegar otak adalah trauma serius yang dapat mengubah cara kerja otak, biasanya mengakibatkan sakit kepala serta sejumlah masalah pada memori, konsentrasi, keseimbangan, dan koordinasi.

“Gegar otak sering terjadi saat pemain beradu kepala dengan pemain lain ketika merebut bola, saat penjaga gawang melompat untuk menghalau bola masuk ke gawang dan mendarat di bagian kepala, atau saat kepala pemain membentur lapangan akibat jatuh karena di-tackle lawan,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button