Kanal

Ancaman Perang Nuklir, Ini Efek Mengerikan Radiasi bagi Manusia

Perang nuklir semakin dekat? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan bertahan dari bencana nuklir. Inikah tanda-tanda bakal terjadinya bahaya nuklir seiring makin memanasnya konflik Rusia dengan Amerika Serikat dan sekutunya?

Panduan dari WHO itu keluar beberapa jam setelah Uni Eropa memperingatkan bahwa Rusia ‘sedang berperang dengan Barat’. Juga didorong oleh perang selama 11 bulan, yang telah memicu sejumlah ancaman nuklir. Dalam skenario ekstrem, analis militer khawatir Rusia dapat meningkatkan penggunaan senjata nuklir taktis karena tekanan terus menerus dari sekutu-sekutu Ukraina yang dipimpin AS.

Vladimir Putin pada Oktober tahun lalu sempat mengklaim Ukraina sedang bersiap untuk meledakkan ‘bom kotor’ radioaktif di wilayahnya sendiri. Klaimnya membuat Kiev dan pengamat barat lainnya berspekulasi bahwa pemimpin Rusia itu mungkin telah mempersiapkan serangan ‘bendera palsu’ miliknya sendiri. Artinya Rusia akan menyerang fasilitas nuklir yang dulu dibangunnya sendiri.

Selain itu, pertempuran atau rentetan artileri di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina telah meningkatkan kemungkinan kerusakan pertempuran yang akan memicu kebocoran radiasi. Seperti kita ketahui, di wilayah Ukraina terdapat dua reaktor nuklir yakni Chernobyl dan Zaporizhzhia.

Chernobyl pernah menjadi lokasi kecelakaan nuklir hebat pada 1986. Sementara Zaporizhzhia merupakan fasilitas tenaga nuklir terbesar di Eropa dan di antara 10 fasilitas terbesar lainnya di dunia yang saat ini di bawah kendali Rusia.

Entah terkait atau tidak, dokumen panduan WHO itu muncul ketika Stefano Sannino, Sekretaris Jenderal Layanan Aksi Eksternal Eropa Uni Eropa, mengumumkan bahwa Rusia telah mengalihkan fokus invasi Ukraina. Dia mengatakan bahwa Vladimir Putin telah beralih dari konsep operasi khusus ke konsep perang melawan NATO dan Barat.

Apa kata WHO?

Panduan WHO itu di antaranya memuat daftar obat-obatan yang harus ditimbun oleh negara-negara untuk ‘darurat radiologis atau nuklir’. WHO juga membagikan bagaimana kiat penimbunan yang dapat ‘mencegah atau mengurangi paparan radiasi’.

Pedoman baru juga mempertimbangkan skenario termasuk darurat radiologis atau nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir dan penggunaan bahan radioaktif yang disengaja dengan niat jahat.

Asisten Direktur Jenderal WHO Dr Maria Neira mengatakan dalam keadaan darurat radiasi, orang dapat terpapar radiasi dengan dosis mulai dari yang dapat diabaikan hingga yang mengancam jiwa. Pemerintah perlu menyediakan perawatan bagi mereka yang membutuhkan penanganan dengan cepat.

“Penting bagi pemerintah untuk bersiap melindungi kesehatan penduduk dan segera menanggapi keadaan darurat. Ini termasuk menyiapkan persediaan obat-obatan penyelamat nyawa yang akan mengurangi risiko dan mengobati cedera akibat radiasi,” kata Dr Maria.

WHO menyarankan stok harus mencakup persediaan seperti tablet yodium untuk melindungi tiroid dan sitokin yang digunakan untuk mengurangi kerusakan sumsum tulang dalam kasus keracunan radiasi akut. Juga obat lain digunakan untuk mengobati muntah, diare dan infeksi.

Pedoman baru ini juga melihat perawatan dan penanggulangan di masa depan yang memberikan wawasan tentang penanggulangan medis. Termasuk langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola pasien yang terpapar radiasi secara berlebihan.

Pahami radiasi nuklir

Sampai saat ini di Indonesia memang belum mempunyai atau mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Namun sebenarnya Indonesia sudah mengoperasikan tiga unit reaktor nuklir untuk keperluan penelitian serta beberapa fasilitas nuklir yang meliputi fabrikasi elemen bakar nuklir, produksi isotop, pengolahan limbah nuklir dan iradiator/akselerator.

Namun masyarakat perlu memahami apa itu radiasi nuklir. Dari mulai gejalanya, hingga pengobatannya. Terkait bahaya nuklir terhadap kesehatan, para ilmuwan telah mempelajari efek radiasi nuklir selama lebih dari 100 tahun.

Sejak pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, selama Perang Dunia II, sebagian besar kasus penyakit radiasi terjadi setelah kecelakaan industri nuklir, seperti ledakan tahun 1986 dan kebakaran yang merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl, Ukraina.

Pada bencana di Chernobyl sempat diberlakukan darurat radiologis atau nuklir yang melibatkan banyak orang. Dalam peristiwa ini, sekitar 6.000 anak menderita kanker tiroid.

Paparan radiasi paling signifikan terhadap populasi terjadi setelah ledakan dua bom atom di Jepang pada Agustus 1945. Ini menyebabkan sekitar 110 ribu kematian akibat ledakan langsung. Sekitar 1.000 orang tambahan meninggal selama 70 tahun setelah ledakan karena kanker akibat radiasi.

Penyakit radiasi merupakan kerusakan pada tubuh yang disebabkan oleh radiasi dosis besar yang sering diterima dalam waktu singkat (akut). Penyakit radiasi juga disebut sindrom radiasi akut atau keracunan radiasi dan tidak disebabkan oleh tes pencitraan umum yang menggunakan radiasi dosis rendah, seperti sinar-X atau CT scan.

Di dalam nuklir, terdapat namanya yang disebut radiasi pengion. Radiasi pengion ini memiliki energi yang cukup untuk mempengaruhi atom dalam sel hidup dan dengan demikian merusak materi genetiknya (DNA). Untungnya, sel-sel dalam tubuh kita sangat efisien dalam memperbaiki kerusakan ini. Namun, jika kerusakan tidak diperbaiki dengan benar, sel bisa mati atau akhirnya menjadi kanker.

Tingkat keparahan tanda dan gejala penyakit radiasi bergantung pada seberapa banyak radiasi yang diserap oleh tubuh. Berapa banyak yang bisa terserap tubuh bergantung pada kekuatan energi yang dipancarkan, waktu pemaparan, dan jarak antara orang dan sumber radiasi.

Tanda dan gejala juga dipengaruhi oleh jenis paparan, seperti paparan total atau sebagian tubuh. Tingkat keparahan penyakit radiasi juga tergantung pada seberapa sensitif jaringan yang terkena. Misalnya, sistem pencernaan dan sumsum tulang sangat sensitif terhadap radiasi.

Efek terhadap bagian-bagian tubuh

Ada banyak dampak radiasi nuklir pada tubuh manusia. Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat menyebutkan dampaknya di antaranya, kerontokan rambut dengan cepat dan menggumpal terjadi dengan paparan radiasi pada 200 rems (roentgen equivalent man) atau lebih tinggi.

Pengaruhnya pada otak, menyebabkan sel-sel tidak bereproduksi, namun tidak akan rusak secara langsung kecuali paparannya 5.000 rem atau lebih. Seperti jantung, radiasi membunuh sel saraf dan pembuluh darah kecil, serta dapat menyebabkan kejang dan kematian seketika.

Dampak lainnya adalah terhadap kelenjar tiroid rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah yang cukup, yodium radioaktif dapat menghancurkan seluruh atau sebagian tiroid. Radiasi juga merusak sistem darah. Saat seseorang terpapar sekitar 100 rem, jumlah sel limfosit darah akan berkurang, membuat korban lebih rentan terhadap infeksi. Ini sering disebut sebagai penyakit radiasi ringan.

Paparan bahan radioaktif yang intens pada 1.000 hingga 5.000 rem juga dapat segera merusak pembuluh darah kecil dan mungkin menyebabkan gagal jantung atau kematian secara langsung. Sementara kerusakan akibat radiasi pada lapisan saluran usus akan menyebabkan mual, muntah darah dan diare.

Selain itu juga berpengaruh pada sistem reproduksi. Karena sel saluran reproduksi membelah dengan cepat, area tubuh ini dapat rusak pada tingkat rem serendah 200. Dalam jangka panjang, beberapa korban penyakit radiasi akan menjadi mandul.

Gejala radiasi

Apa saja tanda-tanda dan gejala awalnya? Mengutip Mayo Clinic, tanda dan gejala awal penyakit radiasi yang dapat diobati biasanya mual dan muntah. Jumlah waktu antara paparan dan saat gejala ini berkembang adalah petunjuk seberapa banyak radiasi yang diserap seseorang.

“Setelah tanda dan gejala putaran pertama, seseorang dengan penyakit radiasi mungkin mengalami periode singkat tanpa penyakit yang jelas, diikuti dengan timbulnya gejala baru yang lebih serius,” ungkap Mayo Clinic.

Jika seseorang mengalami paparan ringan, mungkin diperlukan waktu berjam-jam hingga berminggu-minggu sebelum tanda dan gejala muncul. Gejala yang mungkin terjadi meliputi mual dan muntah, diare, sakit kepala, demam, pusing dan disorientasi, kelemahan dan kelelahan, rambut rontok, muntah berdarah dan tinja dari pendarahan internal, infeksi, hingga tekanan darah rendah.

Akan sangat berbahaya jika penyakit radiasi disebabkan oleh paparan radiasi dosis tinggi. Kemungkinan sumber radiasi dosis tinggi di antaranya akibat kecelakaan di fasilitas industri nuklir, serangan terhadap fasilitas industri nuklir, detonasi perangkat radioaktif kecil, detonasi alat peledak konvensional yang menyebarkan bahan radioaktif (bom kotor) dan detonasi senjata nuklir standar.

Penyakit radiasi terjadi ketika radiasi berenergi tinggi merusak atau menghancurkan sel-sel tertentu di tubuh Anda. Daerah tubuh yang paling rentan terhadap radiasi energi tinggi adalah sel-sel di lapisan saluran usus, termasuk perut, dan sel penghasil sel darah di sumsum tulang.

Tingkat paparan radiasi yang sangat tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan gejala seperti mual dan muntah dalam beberapa jam, dan terkadang dapat mengakibatkan kematian selama beberapa hari atau minggu berikutnya.

Dibutuhkan paparan radiasi yang sangat tinggi untuk menyebabkan sindrom radiasi akut, atau sekitar lebih dari 0,75 gray (75 rad) dalam rentang waktu singkat (menit hingga jam).

Tingkat radiasi ini seperti mendapatkan radiasi dari 18.000 rontgen dada yang didistribusikan ke seluruh tubuh dalam waktu singkat. Sindrom radiasi akut jarang terjadi, dan berasal dari kejadian ekstrem seperti ledakan nuklir atau pecahnya sumber radioaktif tinggi.

Apa pengobatan untuk penyakit radiasi? Clinic Cleveland mengungkapkan perawatan untuk penyakit radiasi bervariasi berdasarkan tingkat keparahannya. Karena paparan yang signifikan biasanya dihasilkan dari keadaan darurat radiologis atau nuklir, penyedia layanan kesehatan dan responden pertama memprioritaskan perawatan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan cedera.

Beberapa strategi perawatan umum meliputi dekontaminasi (melepas pakaian dan mencuci tubuh Anda secara menyeluruh) untuk melindungi orang lain dari paparan lebih lanjut. Juga prosedur bedah bagi mereka yang memiliki cedera yang mengancam jiwa.

Biasanya pasien juga perlu melakukan perawatan suportif, seperti manajemen cairan dan elektrolit; kontrol rasa sakit untuk luka bakar dan cedera lainnya, dan pengobatan dini tanda-tanda infeksi dengan antibiotik.

Pengobatan berikutnya adalah melakukan pencegahan kanker tiroid. Penyedia biasanya merekomendasikan agar semua anak dan orang hamil yang terpapar mengambil kalium iodida untuk melindungi tiroid mereka dari penyerapan yodium radioaktif. Terakhir adalah penatalaksanaan trauma psikologis dengan psikoterapi (terapi bicara) dan atau pengobatan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button