Market

Anggaran Besar Bangun Jalan di Era Jokowi, Bea Logistik RI Tetap Termahal

Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan penurunan atas kinerja logistik di Indonesia. Hal ini bisa ditilik dari Logistic Performance Index (LPI) yang terus jeblok. Padahal, masalah ini menjadi concern Presiden Jokowi.

Atas fenomena ini, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI), Setijadi mendorong adanya perbaikan logistik sesegera mungkin. Seluruh kementerian/lembaga terkait harus bisa berintegrasi. Ada tiga hal yang mendesak dilakukan. “SCI kembali menyampaikan tiga rekomendasi perbaikan sistem logistik Indonesia,” kata Setijadi, Jakarta, Senin (12/6/2023).

Pertama, kata Setijadi, revisi Perpres 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional untuk menyesuaikan dengan perkembangan bisnis dan perdagangan, teknologi, dan globalisasi selama lebih dari 10 tahun ini.

Kedua, menurutnya, pembentukan bentuk UU logistik karena kebutuhan regulasi yang kuat dalam sektor logistik serta untuk memayungi peraturan-peraturan perundangan di bawahnya. Sebagai gambaran, sektor-sektor transportasi sebagai bagian sistem logistik justru diatur dalam bentuk UU, yaitu: UU 23/2007 tentang Perkeretaapian, UU 17/2008 tentang Pelayaran, UU 1/2009 tentang Penerbangan, dan UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

“Ketiga, pembentukan lembaga permanen bidang logistik karena logistik bersifat multisektoral dan multistakeholders. Sektor logistik terkait dengan sejumlah K/L bahkan beberapa kementerian koordinator, juga menyangkut tidak hanya kepentingan pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah,” ungkapnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut, LPI Indonesia turun 17 peringkat pada 2023 dibandingkan lima tahun lalu. Di mana, LPI Indonesia kini berada di posisi 63 dari total 139 negara.

Sri Mulyani menyebut, LPI Indonesia masih perlu diperbaiki terutama pada empat indikator yang mengalami penurunan, yaitu international shipments, logistics competence and quality, timelines, serta tracking and tracing. “Biaya logistik di Indonesia, khususnya di Sumatera masih tinggi. Padahal pemerintah telah mengucurkan banyak dana untuk membangun infrastruktur,” tuturnya.

Selain itu, Sri Mulyani mengatakan Indonesia juga perlu memperbaiki indeks kinerja logistik atau logistic performance index yang masih kalah saing dari negara ASEAN. “Kita lihat Sumatera biaya logistiknya masih 20 persen dibandingkan dengan Jawa dan Jakarta yang hanya 12 persen. Ini menggambarkan PR kita memang sangat tinggi dan masih sangat besar,” kata Sri Mulyani.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button