News

Dampak Konflik China-Taiwan Lebih Dahsyat bagi Indonesia Ketimbang Rusia-Ukraina

Konflik China-Taiwan semakin memanas akhir-akhir ini dan menjadi perhatian dunia. Kondisi ini dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap Indonesia. Pasalnya, kedua negara yang tengah berkonflik ini merupakan mitra dagang yang sangat penting bagi Indonesia.

Konflik tersebut dipicu kedatangan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi yang berkunjung ke Taiwan awal Agustus 2022 lalu. Aksi Pelosi ini memicu Beijing untuk menggelar parade latihan militer besar-besaran yang dimulai sejak 4 Agustus 2022. Rudal-rudal pun ditembakkan oleh China saat parade latihan militer tersebut yang menyasar ke bagian wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan Taiwan.

Beberapa rudal yang ditembakkan bahkan jatuh di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) wilayah Jepang membuat pemerintahan negeri Sakura itu khawatir. Konflik ini diprediksi akan memberikan kerugian dalam skala besar bagi banyak pihak dan dapat mengubah tatanan sistem geopolitik dunia. Bahkan kerugian internal dari kedua negara juga dipastikan akan sangat besar.

Presiden China Xi Jinping sebelumnya memerintahkan seluruh tentaranya untuk fokus pada pertempuran dan persiapan untuk perang seiring tensi konflik dengan Taiwan yang terus meningkat. Jinping kepada para tentaranya mengatakan, kondisi keamanan negaranya saat ini sedang tak stabil dan tidak pasti sehingga kedaulatan dan keamanan nasional harus menjadi prioritas.

“Fokuskan semua energi untuk berjuang, bekerja keras untuk berjuang dan tingkatkan kemampuan untuk menang,” kata Xi Jinping, melansir The Guardian.

Konflik itu menyeret negara-negara Barat. Presiden AS Joe Biden telah berulang kali berjanji akan membela Taiwan apabila China menyerang. Adanya campur tangan AS dalam konflik ini, membuat China tak mengendurkan pertahanannya.

Namun pada pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di sela acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022), Biden cukup yakin China tidak akan menempuh jalan konflik untuk menyelesaikan masalah Taiwan.

China, kata Biden, bahkan siap bekerja sama dan berkompromi dalam berbagai masalah yang kerap menjadikan hubungan kedua negara berada dalam kondisi panas dingin. “Saya tidak berpikir ada godaan dari pihak China untuk menyerang Taiwan dan saya menjelaskan bahwa kebijakan kami di Taiwan tidak berubah,” ujar Biden di Bali.

Berefek berat bagi Indonesia

Ketegangan antara kedua negara memang diharapkan tidak terus meningkat mengingat dampaknya yang luas bagi Indonesia. Para ekonom pun memprediksi dampak ke Indonesia bisa lebih dahsyat ketimbang invasi Rusia ke Ukraina saat ini. Apalagi Indonesia memiliki hubungan dagang lebih besar dengan Tiongkok dan Taiwan ketimbang dengan Rusia dan Ukraina.

Sumbangan ekspor dan impor China mencapai lebih dari 20 persen terhadap total ekspor dan impor Indonesia. Sementara itu, sumbangan ekspor dan impor Taiwan pun tercatat terus mengalami peningkatan hingga Juni 2022, meski relatif kecil dibandingkan China.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto sempat mengingatkan begitu konflik ini muncul bahwa ketegangan geopolitik China versus Taiwan perlu diwaspadai. “Tensi ketegangan kedua negara dapat mempengaruhi sektor perdagangan. Kedua negara tersebut merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia,” ungkap Setianto.

Data BPS pun menyebutkan, ekspor Indonesia ke Taiwan terus meningkat. China dan Taiwan adalah eksportir utama untuk komponen elektronik dunia. China merupakan eksportir terbesar pertama di dunia untuk mesin pengolah data otomatis dan unitnya (computer). Juga office machine part, serta eksportir kedua terbesar untuk sirkuit elektronik terpadu (integrated circuits).

Sementara Taiwan merupakan eksportir terbesar pertama di dunia untuk sirkuit elektronik terpadu (integrated circuits) dan eksportir terbesar keempat untuk office machine part.

China dan Taiwan tidak hanya berperan sebagai mitra dagang besar Indonesia tetapi juga dua investor besar Indonesia. Pada 2021, investasi China mencapai US$3,2 miliar dan menjadi negara penanam modal asing (PMA) terbesar ketiga di Indonesia. Sementara, Taiwan menjadi terbesar ke-10 dengan investasi US$316,9 juta.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga menyatakan kewaspadaannya terhadap dampak dari konflik ini. Dia berpendapat ketegangan dapat memicu memburuknya hubungan dagang dunia yang selama ini cenderung baik.

Konflik ini juga membuat Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ikut khawatir. Kementerian Investasi terus mendalami upaya agar dampak konflik tersebut tidak terlalu dalam terhadap investasi.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang juga mengingatkan peran besar kedua negara bagi ekspor impor Indonesia.

“China dan Taiwan ini kan salah satu mitra dagang kita yang sangat besar. Tentu kalau mereka ada bersitegang atau katakanlah perang misalnya, itu sudah pasti akan mengganggu ekspor impor kita sangat signifikan,” kata Sarman, di Bali, Senin (14/11/2022).

Ia mencontohkan apa yang terjadi ketika sejumlah negara Eropa mengalami krisis yang berimbas pada sektor industri sektor padat karya di Tanah Air. Pemutusan hubungan kerja (PHK) di dalam negeri tak terhindarkan seiring menyusutnya permintaan dari negara-negara Eropa. Padahal, ekonomi Indonesia tumbuh impresif di 5,72 persen pada kuartal III/2022.

“Sektor padat karya kita itu ternyata sangat tergantung 100 persen dari buyer luar negeri, karena tidak ada buyer ya selesai, tidak ada mereka tidak jalan. Apalagi ke China tinggi, juga ekspor impor Taiwan juga, jadi sangat memengaruhi,” ungkapnya.

Melihat dampak buruk yang ditimbulkan terhadap ekonomi Indonesia, Sarman berharap kondisi kedua negara tidak berlanjut hingga peperangan, demikian halnya konflik Rusia dan Ukraina. Dia juga berharap, stabilitas politik dalam negeri tidak gaduh pada 2023 sehingga tak mengurangi niat investor menanamkan modalnya di Indonesia.

Konflik kedua negara ini mau tidak mau juga akan menyeret Indonesia secara politik luar negeri jika tidak disikapi dengan hati-hati. Keduanya juga memiliki kepentingan besar di Indonesia. Lihat saja, Taipei Economic and Trade Office (TETO), salah satu organisasi dagang Taiwan di Indonesia mengajak Indonesia untuk ikut serta dalam menghadapi ‘teror’ China. Perwakilan TETO di Indonesia John Chen berharap kalangan Indonesia untuk mengutuk aksi Cina kepada Taiwan.

“Saya dengan ini menyerukan kepada semua kalangan di Indonesia untuk mengutuk tindakan militer Cina yang merusak status quo Taiwan dan mengancam perdamaian dan stabilitas regional,” ujar Chen dalam keterangan, Jumat (5/8/2022).

Chen juga mengajak publik Indonesia mendorong penghentian provokasi militer China. Ia pun berharap soliditas Indonesia-Taiwan tetap berjalan dengan upaya menjaga nilai-nilai demokrasi. Ia menegaskan bahwa Taiwan selalu bersedia berinteraksi dengan negara-negara di dunia. Mereka juga mendukung gagasan kebebasan dan demokrasi untuk berkunjung ke Taiwan.

Melihat dampaknya yang signifikan bagi Indonesia, Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah sepatutnya secara aktif membantu meredakan ketegangan antara dua negara. Pemerintah juga perlu menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri, salah satunya dengan melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor dan impor sehingga mengurangi ketergantungan pada China dan Taiwan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button