Hangout

Dokter Kandungan: Ibu Hamil Obesitas Berisiko Melahirkan Anak Stunting

Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan Konsultan Obstertik Ginekologi Sosial, Dwiana Ocviyanti, menyebut ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko tinggi akan melahirkan anak stunting akibat penyakit preeklamsia.

“Ibu obesitas itu dua kali lipat kemungkinan untuk mengidap preeklamsia. Jika ibunya sampai mengidap penyakit tersebut hingga tekanan darahnya naik, empat kali lipat bayi yang akan ia lahirkan menjadi kecil masa kehamilan atau IUGR,” jelas Dwiana Ocviyanti dalam keterangannya melalui virtual di Jakarta, Selasa (5/4/22).

 “Yang kita ketahui, IUGR itu dua kali lipat berisiko anak menjadi stunting apalagi ditambah anak di dalam kandungan tumbuh secara prematur,” tambahnya.

Sebagaimana informasi, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Sementara, preeklampsia berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI),  merupakan komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi. Kondisi ini biasanya terjadi ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu.

IUGR

Munculnya IUGR atau intrauterine growth  restriction adalah turunan dari penyakit preeklamsia yang diderita ibu hamil menyebabkan kondisi pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat.

Besarnya problema ibu hamil obesitas melahirkan anak stunting ini bahkan sudah melampaui risiko bagi ibu hamil kurang energi kronik atau KEK. Dwiana Ocviyanti menyebut, presentasi lahirnya anak stunting pada ibu obesitas kini cenderung lebih tinggi.

“Ibu KEK selama ini selalu dikatakan sebagai orang yang berisiko untuk melahirkan anak stunting. Ada sekitar 17 persen data Riskesdas kita perempuan Indonesia itu KEK. Tapi yang lebih parah lagi sebetulnya ibu yang obesitas. Karena di data kita, 20 persen ibu hamil Indonesia obesitas,” pungkas Dwiana Ocviyanti.

“Jadi bukan hanya ibu-ibu yang kurang energi kronik atau terlalu kurus yang berisiko bayinya stunting, tapi juga ibu yang gizinya terlalu berlebihan dan terlalu gemuk. Dan kenaikan berat badannya selama hamil cenderung drastis,” tambahnya.

Upaya pencegahan stunting pada anak Indonesia sejatinya sudah pemerintah lakukan melalui Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan monitoring dan evaluasi capaian indikator intervensi spesifik maupun intervensi sensitif baik di tingkat nasional maupun kabupaten/kota yang telah dilakukan sejak 2019 dan hingga tahun 2024 mendatang.

Diharapkan, masyarakat dan elemen tenaga kesehatan di seluruh daerah Tanah Air dapat bekerja sama demi menekan angka stunting yang saat ini mencapai 24,4 persen.

“Untuk menjadi gerakan kita butuh teman-teman tenaga kesehatan untuk bisa menularkan konsep (pemahaman stunting) ke seluruh masyarakat agar mereka melakukan ini sendiri tanpa harus kita dorong, paksa. Kita fasilitasi saja,” tutur Budi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button