Market

Dolar AS Mahal, Beban Bunga Utang Naik yang Ditekan Rakyat Lewat Pajak

Semakin mahalnya dolar AS terhadap rupiah hingga mendekati Rp15 ribu per US$,  berdampak kepada naiknya pembayaran bunga utang luar negeri (ULN). Ujung-ujungnya rakyat ditekan bayar pajak.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (1/7/2022), Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, beban pembayaran bunga utang luar negeri, dipastikan meningkat. Karena itu tadi, adanya selisih kurs. Berdasarkan data BI, utang luar negeri pada kuartal I-2022 sebesar US$411,5 miliar. Dengan asumsi kurs Rp15.000/US$, setara dengan Rp6.172,5 triliun.

Masalahnya, kata Bhima, penerimaan negara dari sektor pajak, sebagian besar dalam rupiah. namun untuk membayar bunga utang mengunakan valuta asing (valas). Ketika dolar AS semakin mahal maka semakin tinggi pembayaran bunya utang. “Setiap pelemahan rupiah maka (pembayaran) bunga-nya naik. Mau tak mau, penerimaan pajak harus optimal. Nah, yang bayar pajak kan rakyat, dikejar-kejar,” tutur Bhima.

Bank Indonesia (BI), mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$411,5 miliar pada kuartal I/2022. Mengalami penurunan jika dibandingkan posisi ULN di kuartal sebelumnya yang mencapai US$415,7 miliar.

Dan, Singapura tercatat sebagai kreditor terbesar untuk Indonesia. Utang yang digelontorkan Singapura mencapai US$60,9 miliar, atau Rp913,5 triliun (Rp15.000/US$) per kuartal I-2022. Posisi kedua ditempati Amerika Serikat (AS) sebesar US$31,83 miliar, Jepang sebesar US$25,8 miliar, China sebesar US$22 miliar, dan Hong Kong US$16,8 miliar.

Selanjutnya, negara yang juga memberikan pinjaman cukup besar kepada Indonesia, yaitu Korea Selatan, Belanda, Jerman, Perancis, dan Inggris, dengan masing-masing pinjaman sebesar US$6,3 miliar, US$5,3 miliar, US$5,2 miliar, US$3,9 miliar, dan US$3,8 miliar. Kepala Departemen

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button