Market

Ekonomi China Mulai Ngos-ngosan, Anak Buah Sri Mulyani Agak Panik

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Abdurohman bilang, perekonomian China mulai melambat. Dampaknya bakal ke Indonesia.

“Di 2021, tren ekonomi China terus mengalami perlambatan dari 8,3 persen year on year pada kuartal I 2021 menjadi 4 persen di kuartal IV,” kata Abdurohman dalam Diskusi Publik Forum Masyarakat Statistik di Jakarta, Senin (21/2/2022).

Salah satu faktor yang menurunkan kinerja perekonomian China, dia bilang, persoalan di sektor konstruksi dan real estat yang mengalami kontraksi cukup dalam. “Dan, beberapa negara sudah mulai melakukan exit strategy atau exit policy. China, saat ini, malah mendorong ekonominya dengan melakukan stimulus moneter. Menurunkan suku bunga,” katanya.

Sebagai negara mitra dagang utama Indonesia, tren pelemahan perekonomian China berpotensi berdampak terhadap Indonesia. Pada Januari 2021, ekspor Indonesia ke China mencapai 3,51 miliar dolar AS atau 19,25 persen dari total ekspor. Adapun impor dari China mencapai 5,85 miliar dolar AS atau 36,55 persen.

Selain pelemahan perekonomian China, kondisi luar negeri lain yang mesti diantisipasi Indonesia ialah inflasi Amerika Serikat yang telah mencapai 7,5 persen atau menjadi inflasi tertinggi di Amerika Serikat dalam 4 tahun terakhir.

“Ini yang men-trigger Amerika Serikat melakukan pengetatan kebijakan moneter dalam bentuk tapering off The Fed atau pengurangan pembelian aset dan meningkatkan suku bunga yang diperkirakan sampai lima kali di 2022. Dan kemudian, efeknya cukup besar adalah kontraksi balance sheet, ini yang kemungkinan besar akan masif dan agak mengkhawatirkan,” kata Abdurohman.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button