Kanal

Gara-gara Pintu dan Tangga Stadion, 131 Orang Tewas?

Kamis, 06 Okt 2022 – 13:49 WIB

Whatsapp Image 2022 10 06 At 13.02.14 - inilah.com

Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. (Foto Ilustrasi: Ist)

Tentu saja, kita masih menunggu proses dan kesimpulan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD. Sampai artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari tim ini. Tetapi, Presiden Jokowi sudah memberi keterangan. “Itu nanti tim gabungan yang harus melihat secara detail, tetapi sebagai gambaran tadi saya lihat itu problemnya ada di pintu dan juga tangga terlalu curam, ditambah kepanikan yang ada,” ujarnya Rabu (5/10/2022) di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Sontak pernyataan itu membuat publik heran. Pernyataan resmi pertama Presiden setelah TGIPF dibentuk adalah soal pintu dan tangga stadion? “Pak Jokowi, terima kasih telah menyoroti pintu dan tangga Stadion Kanjuruhan. Tapi, Pak, sejak stadion itu dibuka 2004, tidak pernah ada 131 orang meninggal di pintu dan tangga itu.” Cuit akun Twitter @imandnugroho. Tweet itu sudah di retweet lebih dari 1.350 kali dan disukai lebih 3.500 orang. Ini potret keheranan publik pada pernyataan Presiden Jokowi.

Lima hari berlalu sejak bencana olahraga terbesar di Indonesia itu terjadi, opini publik masih terbelah. Mereka berdebat soal siapa yang seharusnya paling bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan ini? Sebagian besar publik menunjuk hidung aparat yang secara serampangan menembakkan gas air mata di dalam stadion, bahkan ke arah tribun, sehingga menimbulkan kepanikan.

Mayoritas korban tewas memang karena gangguan pernapasan, pingsan, lalu terinjak-injak saat berdesakan keluar stadion. Sementara pintu stadion dikabarkan tertutup. Kesaksian para korban selamat menyebut gas air mata yang ditembakan polisilah biang kerok jatuhnya ratusan korban di Kanjuruhan, baik yang meninggal maupun luka-luka. Banyak video amatir berseliweran di media sosial yang menopang fakta ini, banyak utas ditulis, banyak orang siap bersaksi –meski ada pihak-pihak yang berusaha mengintimidasi mereka.

Namun, banyak juga yang membela polisi dan berusaha menggiring opini untuk mengarahkan bahwa yang paling bersalah adalah Aremania. Komentar-komentar mereka ditengarai dimobilisasi buzzer. Bahkan muncul broadcast kesaksian suara penjual dawet di pintu 3 stadion segala, yang tak satu saksi pun melihatnya. Yang paling depan membela polisi sejauh ini adalah Ade Armando, lewat video yang ditulis skripnya dan direkam secara serius di Cokro TV. “Suporter Arema yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion, dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan. Dalam pandangan saya, polisi sudah melaksanakan kewajibannya,” katanya.

Di tengah segala perdebatan itu, sejauh ini satu-satunya pihak yang menyalahkan pintu dan tangga stadion baru Presiden Jokowi. Dalam keterangan persnya usai meninjau Stadion Kanjuruhan, Malang, seorang wartawan bertanya, “Selain investigasi, adakah pihak-pihak yang harus meminta maaf paling tidak kepada para korban atau keluarga korban?” tanyanya. Mendengar pertanyaan itu, Presiden terdiam sejenak dan kemudian hanya memberikan jawaban yang terkesan menggantung. Sementara Menpora Zainudin Amali hanya bisa tertunduk sambil garuk-garuk kepala. Videonya bisa kita saksikan bersama.

Barangkali inilah potret para pejabat negara ini saat menghadapi situasi krisis. Kadang terkesan kurang empatik dan kurang malu, kurang pandai mengelola PR dalam ‘crisis management’. Seperti komentar terbaru Ketua TGIPF Mahfud MD. “Kalau tidak pakai gas air mata aparat kewalahan, akhirnya disemprotkan,” katanya. Miris, tentu saja. Meski tak separah komentar Ketum PSSI Iwan Bule saat diminta ikut bertanggung jawab tentang peristiwa Kanjuruhan. “Bagaimana mau mengaitkan dengan saya?” katanya. Ini kontras dengan situasi saat sepak bola berprestasi, Ketum PSSI selalu ingin dikaitkan.

Bah, apa kata dunia? Ribuan suporter Bayern Munich membentangkan spanduk berisi pesan serius saat pertandingan Liga Champion FC Bayern melawan Viktoria Plzen, Rabu (5/10/2022) dini hari. “More than 100 people killed by the police! Remember the hero of Kanjuruhan!” tulis mereka. Lebih dari 100 orang terbunuh oleh polisi. Mengenang para pahlawan Kanjuruhan. Sementara Koran Amerika Serikat New York Times menurunkan artikel dengan judul yang tajam menyoroti polisi Indonesia yang keliru menggunakan taktik dan kurang terlatih menangani rusuh di Kanjuruhan. “Deadly Soccer Clash in Indonesia Puts Police Tactics, and Impunity, in Spotlight,” tulis koran itu.

Lantas, apakah polisi Indonesia menerima fakta ini? Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dan cukup serius dari pihak kepolisian tentang kesalahan menembakkan gas air mata –bahkan ke arah tribun. Pada pernyataan pertamanya, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyebut bahwa penggunaan gas air mata sudah sesuai protap (2/10/2022). Anehnya, Senin (3/10/2022) Polri mencopot Kapolres Malang Ferli Hidayat dan sembilan Komandan Brimob. Pencopotan Ferli tersebut disampaikan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mapolres Malang. Dasar pencopotan adalah Surat Telegram bernomor ST/2098/X/2022. Bukankah ini cukup menunjukkan bahwa Polri mengakui mereka bersalah? Kita tunggu sikap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Meski Presiden memberi waktu satu bulan, tampaknya kerja TGIPF Kanjuruhan akan panjang. Tekanan publik begitu besar agar kasus ini dibuka seterang-terangnya, pihak yang paling bertanggung jawab harus diadili. Sementara para pihak masih saling lempar tuduhan, saling menyalahkan, dan sanksi diberikan kepada pihak-pihak yang paling lemah. PSSI menyalahkan panpel lokal dan menghukum berat Arema FC. Kepolisian mencopot pejabat level Polres. Dan Presiden? Sejauh ini masih menyalahkan tangga dan pintu stadion, sampai meminta Menteri PUPR untuk mengaudit semua bangunan stadion di Indonesia.

Di bawah ini, saya kira komentar netizen masih akan terbelah dan kacau balau. Ada yang membela Presiden, ada yang menyalahkan polisi, ada yang saling menghina, ada yang mengait-ngaitkan pada pilihan politik, ada yang jualan langganan Netflix dan obat pelangsing… Sekacau itulah negeri ini. Sementara 131 korban tragedi Kanjuruhan pergi meninggalkan lubang yang sangat besar di hati kita semua. Semoga mereka menjadi martir yang tak pergi dengan sia-sia.

FAHD PAHDEPIE, CEO Inilahcom

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button