Hangout

Gejala Post COVID-19 Serang Segala Usia

Penderita COVID-19 usia berapa pun dapat mengalami post-COVID syndrome. Meskipun post-COVID syndrome pada usia dewasa lebih sering terjadi dibandingkan grup usia anak atau remaja, tetapi kelompok anak dan remaja tetap berisiko mengalaminya. Lantas apa gejala post COVID-19?

Post COVID-19 syndrome terjadi ketika penderita COVID-19 tetap merasa sakit atau mengalami gejala infeksi virus Corona walau telah dinyatakan sembuh.

Menurut dr. Desilia Atikawati, Sp.P, FAPS, Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan di RS Pondok Indah – Puri Indah, penelitian menunjukkan gejala jangka panjang pada anak, baik yang memiliki gejala ringan atau berat (termasuk multisystem inflammatory syndrome, MIS), antara lain kelelahan atau fatigue, pusing, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, nyeri otot dan sendi, serta batuk.

“Walau jarang, beberapa orang, terutama anak-anak, dapat mengalami MIS sesaat atau segera setelah mengalami infeksi COVID-19. MIS merupakan kondisi di mana berbagai organ tubuh mengalami inflamasi, termasuk jantung, paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan,” tambahnya, Jakarta, Kamis, (27/01/2022).

Hingga saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya. MIS merupakan kondisi serius dan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang perlu diwaspadai sebagai MIS adalah adanya demam disertai minimal satu dari gejala berikut:

1.  Nyeri perut,

2. Kemerahan pada mata,

3. Diare,

4. Pusing atau lightheadedness,

5. Ruam kulit, dan

6. Muntah.

Gejala post-COVID syndrome

Post-COVID syndrome tidak hanya terjadi pada penyintas COVID-19 yang bergejala berat saja. Penyintas COVID-19 dengan gejala ringan, bahkan tidak bergejala, juga dapat mengalaminya.

Gejala post COVID-19 yang sering dilaporkan antara lain: sesak napas atau sulit bernapas lega, fatigue atau rasa lelah, gejala yang dirasa memburuk setelah aktivitas atau post-exertion malaise, kesulitan berpikir atau berkonsentrasi atau brain fog, batuk, nyeri dada atau nyeri perut, pusing, rasa berdebar, nyeri otot atau sendi, rasa kesemutan, diare, gangguan tidur, demam, pusing ketika berdiri atau lightheadedness, ruam kulit, perubahan suasana hati, perubahan kemampuan indra penciuman atau perasa, perubahan siklus menstruasi, dan rambut rontok.

Penelitian Lancet yang dipimpin oleh ilmuwan dari University College London (UCL), merupakan penelitian peer-reviewed terbesar tentang post-COVID syndrome yang melibatkan 3.765 partisipan dari 56 negara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 91 persen partisipan membutuhkan waktu lebih dari 35 minggu untuk pulih sepenuhnya.

“Selama sakit, partisipan mengalami rata-rata 55,9 gejala yang melibatkan 9,1 sistem organ. Gejala yang paling sering ditemukan setelah bulan keenam adalah kelelahan, post-exertion malaise, dan gangguan kognitif,” tambahnya.

Sebanyak 85,9 partisipan mengalami kekambuhan gejala yang terutama dicetuskan oleh olahraga, aktivitas fisik atau mental, serta stres.

Sedangkan sebanyak 1.700 partisipan membutuhkan pengurangan waktu kerja. Gangguan kognitif atau ingatan ditemukan di seluruh grup usia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button