Hangout

Geliat Fesyen Palestina di Tengah Tekanan Konflik

Pegiat fesyen di Palestina tetap bisa berkarya dan menghasilkan produk dengan menerobos batasan-batasan yang ada.

“Terisolasi satu sama lain secara geografis, sebagian besar perajin yang bekerjasama dengan kami belum pernah bertemu dan bahkan perlu bekerjasama secara digital untuk menghidupkan garmen, mewakili upaya kreatif yang telah mengalahkan batasan yang ada,” tulis Nol Collective, sebuah inisiatif yang didirikan oleh Yasmeen Mjalli, Rabu (11/10/2023). 

Mjalli awalnya terinspirasi foto karya Thomas Abercrombie dari National Geograpich yang mengambil foto yang mengubah segalanya bagi seorang wanita muda Palestina.

Mjalli melahirkan Nol Collective lantaran terdorong untuk menghidupkan kembali praktik-praktik masyarakat adat Palestina dalam menghasilkan karya fesyen tradisional yang unik.

“Kami juga menggunakan kain tenunan tangan tradisional Majdalawi, kain katun 100 persen yang merupakan elemen penting dari pakaian tradisional Palestina selama berabad-abad. Berasal dari wilayah Gaza, dari Kota Al Majdal yang dibongkar, kain majdalawi ini ditenun dengan tangan di salah satu studio pengrajin terakhir yang tersisa di Palestina,” katanya seperti mengutip dari laman Nol Collective.

Dari desa-desa di perbukitan Jerusalam hingga Gaza, Ramallah, dan Betlehem, dia bekerja sama dengan bisnis milik keluarga, bengkel pengrajin, dan koperasi perempuan menghasilkan kreasi kolektif Nol yang indah.

Teknik tradisional dan leluhur dari jaringan kreatif ini membawa kecintaan mereka terhadap tanah dan cerita.

Identik dengan Sulaman 

Kerajinan tradisional Palestina seperti tatreez (sulaman tangan) dan tenun tersentuh oleh sejarah perjuangan dan perlawanan politik. Tatreez atau sulaman tangan, Nol bermitra dengan koperasi perempuan setempat untuk menghasilkan sebuah fesyen yang unik. 

Terdiri dari lebih dari 60 perempuan dari Gaza hingga al Khalil, koperasi Touch of Heritage adalah kekuatan kreatif dan politis.

Karya fesyen yang diangkat adalah hasil desain yang terinspirasi oleh kekayaan Palestina dan Levantine, menyoroti warisan pakaian yang dibuat dengan lambat dan sengaja.

Berasal dari Serat Alami dan Ramah Lingkungan

Di tengah gempuran industrialisasi dan komersial, Nol Collective tetap menjaga kealamian bahan-bahan yang digunakan dalam fesyen Palestina.

Penggunaan serat alami, pewarnaan alami, dan tenaga kerja yang lambat telah terancam di tengah dunia yang semakin terindustrialisasi dan komersial, belakangan ini. 

Terlebih lagi, praktik-praktik ini terancam dihapuskan melalui perampasan dan kekerasan di bawah pendudukan militer.

“Dengan secara perlahan menggabungkan praktik-praktik leluhur seperti pewarnaan alami dan bermitra dengan koperasi yang menenun atau menyulam tangan, serta menggunakan bahan-bahan alami dan bahan baku, kami berharap dapat memicu perbincangan yang lebih sadar mengenai dampak interseksional fesyen terhadap lingkungan, politik, dan identitas,” tulis Nol Collective.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button