Hangout

Hindari Malas Gerak Agar Tidak Gagal Jantung

Malas gerak atau biasa disebut mager, adalah salah satu penyebab dari gagal jantung. Karena itu, masyarakat harus berupaya untuk melakukan pencegahan agar tidak terkena gagal jantung dengan hindari malas gerak.

Hal tersebut merupakan saran dari dokter spesialis Jantung dari Perhimpunan Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FHFA.

“Mulai aktif bergerak dan tidak berada dalam kondisi malas bergerak (mager). Pandemi COVID-19 bukan suatu penghalang untuk Anda melakukan aktivitas fisik, bisa dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah sambil menerapkan protokol kesehatan yang baik,” kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Gagal Jantung dan Kardiometabolik di PP PERKI saat jumpa virtual, ditulis di Jakarta, Senin, (31/01/2022).

Perhatikan pola makan

Agar tidak tekena, Anda bisa menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan sehat, berhenti merokok dan mengendalikan penyakit. Misalnya seperti hipertensi dan diabetes. Penyakit tersebut harus tetap terkendali.

Masih menurut Siti, pasien yang memiliki penyakit dasar hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes, haurs terus terpantau, sehingga bisa dalam kondisi yang stabil.

Untuk pasien yang mengidap diabetes, kerusakan pada organ mikro dan makro vaskular harus bisa dikenali, sehingga dokter bisa memberikan terapi pengobatan yang maksimal dan tidak menyebabkan perburukan.

Berdasarkan data di Indonesia terdapat 2130 pasien dari 11 pusat pelayanan jantung terutama di pulau Sumatera dan Jawa diperkirakan prevalensi pasien gagal jantung mendekat 5 persen. Angkat tersebut di atas Singapora dan Malaysia yang berada pada 4,5 persen.

Penyebab gagal jantung pada laki-laki dan perempuan

Pada laki-laki dan perempuan memiliki penyebab yang berbeda. Para perempuan yang mengalami hipertensi dan diabetes, menjadi penyebab utama timbulnya gagal jantung.

Kemudian, untuk para laki-laki, akibat dari kontribusi penyakit jantung koroner (OJK), hipertensi, dan diabetes.

“Untuk perempuan, kategori penyakit jantung koroner ini tidak banyak ditemukan. Biasanya kecenderungannya angka mortalitas jauh lebih tinggi karena biasanya baru datang mendapatkan pengobatan dalam kondisi yang sudah lebih berat,” ungkap Siti.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button