Hangout

Imunisasi Alami Penurunan, Campak hingga Tetanus Kembali Muncul

Usai menghadapi pandemi COVID-19, jumlah imunisasi di dunia mengalami penurunan, khususnya di Indonesia. Penurunan cakupan imunisasi ini mengakibatkan munculnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti campak, polio hingga tetanus.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A(K) mengatakan imunisasi dinilai sebagai pencegahan yang paling efektif, efisien dan murah untuk mengendalikan berbagai penyakit PD3I.

“Satu dosis vaksin campak setelah dihitung harganya hanya sekitar 1 dolar US atau sekitar Rp15 ribu. Tapi kalau seorang anak sudah kena campak dan komplikasi radang otak atau radang paru, itu bisa sampai Rp150 juta,” jelasnya pada Seminar temu media dalam rangka memperingati Pekan Imunisasi Sedunia 2023, Jakarta, Kamis (04/05/2023).

Menurutnya hal itu tidak dapat dibandingkan jika orang tua sampai kehilangan fungsi kesehatan pada anak mereka.

“Fungsi kesehatan anak itu tidak ternilai, bahkan triliunan rupiah pun kita enggak mau ya anak itu kehilangan fungsi kesehatannya, apalagi kalau meninggal dunia,” tambah dr. Piprim.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk kembali memperhatikan dan memahami pentingnya imunisasi yang kemarin sempat mengalami penurunan selama pandemi.

“Artinya apa cakupan imunisasi menurun adalah munculnya kembali berbagai PD3I,” tuturnya.

Penyakit seperti polio, tetanus, campak hingga difteri merupakan penyakit yang penanganannya sangat sulit dan mahal karena membutuhkan ruang isolasi, anti virus serta tenaga medisnya perlu menggunakan APD lengkap. Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa menjamin penderita PD3I dapat sembuh, bahkan kemungkinan terburuk bisa meninggal dunia.

“Bicara masalah PD3I bukan bicara masalah bagaimana tata laksana yang optimal, karena sudah pasti ribet tata laksananya. Bicara masalah PD3I, bicara masalah pencegahannya. Bagaimana pencegahannya supaya efektif, yaitu dengan meningkatkan cakupan imunisasi secara nasional,” terang dr. Piprim.

Ia menegaskan tingginya cakupan imunisasi mampu menekan angka penularan penyakit, sehingga angka kematian juga semakin menurun.

“Kalau penyakit menular cakupan imunisasinya menurun hanya sampai 60 persen ke bawah saja KLB (Kejadian Luar Biasa) sudah muncul lagi, penyakit-penyakitnya sudah muncul lagi. Angka kesakitan dan kematiannya sudah muncul lagi,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button