Market

Indonesia Jadi Panutan Negara Afrika, Benarkah Neraca Perdagangannya Surplus?


Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam debat pilpres ketiga menyatakan bahwa saat ini Indonesia, sudah menjadi panutan bagi banyak negara di Afrika.

Mungkin anda suka

“Begitu banyak negara di Afrika melihat ke kita, datang ke kita, belajar dari kita, karena kita dianggap negara Selatan yang cukup berhasil,” jelas Prabowo di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2024).

“Inflasi rendah, pertumbuhan masih ada, neraca perdagangan kita bagus, surplus perdagangan mungkin 5 tahun berturut-turut, kita sekarang jadi panutan,” lanjutnya.

Namun, dibalik itu apakah benar kerja sama Indonesia dengan Afrika sudah sebagus itu?

Simak Faktanya!

Pada 20-24 Agustus 2023 Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke empat negara di Afrika, dan memang memberikan dampak positif bagi peningkatan hubungan dan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.

Dikutip dari laman Kementerian Sekretariat Kabinet RI, Indonesia telah memiliki hubungan diplomatik dengan 54 negara Afrika.

Meski begitu, kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika belum termanfaatkan secara optimal. Salah satunya ditunjukkan dengan masih kecilnya, nilai perdagangan Indonesia dengan negara-negara di Afrika.

Selain itu, klaim Prabowo terkait neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika juga kurang sesuai. Dikutip dari laman Katadata, neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan justru mengalami defisit US$ 0,12 miliar pada 2020.

Defisitnya neraca perdagangan ini telah berkurang 48,61 persen dibandingkan neraca tahun sebelumnya yang tercatat US$ -0,23 miliar.

Sedangkan, untuk kegiatan impor Indonesia dari Afrika Selatan pada 2020, tercatat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ekspor yakni sebesar US$ 688,88 juta.

Kegiatan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan, dalam satu tahun terakhir dalam tren mengalami penutunan, di mana pada tahun sebelumnya nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 588,83 juta.

Adapun untuk impor, menurut data Trademap terjadi penurunan 15,57 persen, dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat di angka US$ 815,88 juta.

Berdasarkan jenis produk, terdapat 10 produk utama andalan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan yang terbukti mampu mencatatkan surplus selama 2020 dengan total nilai ekspor produk utama ini mencapai US$ 254,28 juta.

Namun kinerja ekonomi Indonesia masih positif. Ambil contoh untuk kinerja 2023, nilai PDB Indonesia diproyeksikan bisa mencapai US$1,4 triliun. Angka itu setara dengan 36,7% dari total PDB ASEAN, atau 1,4% dari total PDB global. Selain tertinggi di ASEAN, proyeksi PDB itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.

Hingga triwulan ke-3 tahun 2023, ekonomi nasional secara kumulatif mampu tumbuh 5,05%. Inflasi Indonesia juga terkendali di level 2,61% (yoy) per Desember 2023. Jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi 2023 yang sebesar 3,6%. Inflasi volatile food yang menjadi kontributor utama inflasi seperti beras, cabai, dan bawang putih juga mulai menunjukkan tren menurun di Desember 2023.

“Stabilitas harga moga-moga tidak mengalami disrupsi lagi karena faktor geopolitik, maupun bencana alam dan faktor lainnya,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KITA 2023, Selasa (2/1/2024) lalu.

Demikian juga untuk neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan kinerja positif dan mencatatkan surplus 43 bulan berturut-turut. Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari hingga November 2023 mencapai 33,63 miliar dolar Amerika Serikat.
 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button