News

Isu Ketum Golkar Akan Diganti Luhut, Pengamat: Polanya Berulang

Analis politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai menjelang pemilu memang selalu ada isu tentang pergantian ketua umum seperti ini. Menurutnya hal serupa pernah terjadi saat pemilu 2004 lalu ketika Jusuf Kalla (JK) tidak didukung oleh partainya dan malah mendukung pasangan Wiranto dan Salahuddin Wahid.

“Kemudian Golkar di internal ada move ada manuver misalnya beberapa kadernya yang kemudian mendukung Pak JK,” kata Arya saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Sabtu (22/7/2023).

Mungkin anda suka

Menurut Arya, saat JK mengkomandoi Partai Golkar, situasinya terlihat lebih solid ketimbang sebelumnya. Ketika di tahun 2014, hal serupa juga pernah terjadi dimana ada keterbelahan antara elit yang mendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

“Memang ada pola yang berulang yang bilang bahwa ada manuver elit menjelang setiap pemilu,” jelas Arya.

Akan tetapi, Arya menyebut untuk saat ini ketua umum Golkar, Airlangga Hartarto, masih memiliki kekuatan dalam mengendalikan partainya itu. Hal ini terlihat dengan tidak adanya pergerakan yang terjadi di daerah saat isu ini mencuat.

“Karena untuk pergantian ketua umum itu kan harus dilakukan munaslubnya dan munaslub itu harus mendapat persetujuan dari daerah,” ucap Arya.

Sebelumnya, Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengaku siap jika didorong maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Airlangga. Hal ini disampaikan Luhut menyikapi isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang kian gencar.

“Saya serahkan saja kepada mereka. Ngapain saya.., mau saya bilang enggak mau saya bilang iya (jadi ketua umum), ya biarin saja mereka,” ujar Luhut seperti dikutip dalam wawancara di Kompas TV, Kamis (20/7/2023).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button