Ototekno

Kesadaran Digital Telanjang, Benarkah Windows OS Paling Lemah?

Data BSSN mengungkap peningkatan tajam serangan siber di Indonesia, dengan malware mendominasi. Penyebabnya di satu sisi, ditudingkan kepada software bajakan. Namun, apa benar demikian?

Pengamat Teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, nenanggapi dampak penggunaan software bajakan terhadap keamanan siber di Indonesia.

“Software bajakan di platform mobile seperti Android dan IOS telah mengalami penurunan dibanding 5-6 tahun lalu,” ungkap Heru kepada inilah.com, Selasa (8/8/2023). Ia menambahkan bahwa software berbasis Windows justru menjadi sasaran empuk karena harganya yang selangit.

“Serangan malware ke aplikasi gratis memang tinggi, tetapi jika kita bicara aplikasi resmi, risikonya jauh lebih kecil,” jelas Heru yang juga menjabat Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). Namun, ironisnya, banyak pengguna yang terjerumus ke dalam jebakan aplikasi dari sumber-sumber tidak jelas, yang seringkali disertai dengan risiko tinggi.

Menyinggung perilaku masyarakat, Heru menegaskan, “Banyak yang merasa aman-aman saja, tanpa menyadari bahaya yang mengintai dari aplikasi tak resmi.”

Ransomware, yang saat ini menjadi momok menakutkan di dunia siber, tak bisa dianggap remeh. “Jangan tergoda dengan kemudahan, pastikan Anda benar-benar tahu apa yang Anda install,” tegas Heru.

Pernyataan mengejutkan datang saat Heru membahas Windows OS. “Windows memang rentan. Dengan sekali klik pada file exe yang salah, segalanya bisa berubah menjadi mimpi buruk.” Apakah ini sebuah kelemahan fatal dari Windows, atau sekadar refleksi dari bagaimana kita menggunakan teknologi?

Menghadapi ancaman dunia maya, kesadaran kolektif menjadi senjata ampuh. Menggali informasi, memastikan keaslian sumber, dan tidak mudah tergoda dengan kemudahan instan bisa menjadi kunci pertahanan di era digital yang penuh tantangan.

Sebelumnya Deputi III BSSN, Sulistyo, menyampaikan bahwa serangan siber khususnya malware di Indonesia semakin meningkat. Faktor utama dari fenomena ini adalah penggunaan software bajakan oleh sebagian besar masyarakat.

“Dari total 219.414.104 serangan siber yang terjadi hingga Agustus 2023, 52,51% atau sekitar 115.208.766 diantaranya adalah serangan malware,” ungkap Sulistyo. “Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat kita yang masih memakai software bajakan.”

Selain itu, BSSN mencatat bahwa ransomware, sebuah bentuk malware yang mengunci data pengguna dan meminta tebusan, menjadi salah satu jenis serangan yang sering muncul. Terdapat 707.409 kasus serangan ransomware yang berhasil diidentifikasi oleh BSSN hingga bulan ini.

Menurut Sulistyo, penggunaan hardware seperti komputer, ponsel pintar, dan tablet yang dipasangi software bajakan menjadi salah satu pintu masuk bagi serangan ini. “Ketika software bajakan digunakan, pembaruan keamanan dari software tersebut tidak dapat diakses, meninggalkan perangkat tersebut rentan terhadap serangan,” tambahnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button