Gallery

Ketahui Apa Itu DME, Pengganti Gas Elpiji yang Harganya Lebih Murah

Gas elpiji ukuran 3 kilogram yang disubsidi pemerintah sering menjadi sasaran pengoplosan orang tidak bertanggung jawab. Selain itu gas elpiji yang seharusnya ditujukan bagi kalangan tidak mampu, justru bebas dibeli mereka yang ekonominya mapan.

Maka, pemerintah pun membuat aturan baru. Pembelian gas 3 kilogram wajib menggunakan KTP mulai 1 Januari 2024. Ini artinya, tak sembarang orang boleh membeli gas ukuran 3 kilogram.

Padahal, pembelian gas 3 kilogram tak tepat sasaran lantaran terus melambungnya harga gas non subsidi. Harga gas ukuran 12 kilogram saat ini dijual Rp240 ribu hingga Rp270 ribu per tabung. Harga itu dianggap cukup memberatkan.

Pemerintah sebenarnya tengah menyiapkan gas alternatif pengganti elpiji. Namanya DME. Harga DME disebut-sebut jauh lebih murah daripada gas elpiji.

Apa itu DME pengganti gas elpiji? Dikutip dari Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM, Dimethyl Ether atau DME adalah produk hilirisasi batu bara. Dimethyl Ether memiliki monostruktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3).

DME berbentuk gas pada temperatur lingkungan (ambient temperature) dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga infrastruktur untuk elpiji dapat juga digunakan untuk DME.

DME berbentuk gas pada suhu kamar, tidak beracun, dan ramah lingkungan. Kemiripan karakteristik DME dengan LPG merupakan peluang untuk menggunakan kedua bahan bakar tersebut dalam bentuk campuran.

Kapan DME Bisa Dinikmati Masyarakat?

Indonesia berencana mengganti LPG dengan DME yang diolah dari batu bara. PT Bukit Asam Tbk atau PTBA menjadi salah satu pihak yang mendapat penugasan untuk mengerjakan proyek tersebut.

Fasilitas hilirisasi batu bara menjadi DME dibangun di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek DME di Tanjung Enim ini, rencananya beroperasi selama 20 tahun.

Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun, sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan.

Perlu diketahui, impor LPG Indonesia mencapai sekitar 6 juta-7 juta ton per tahun.

DME juga digadang-gadang dapat menekan devisa impor. Pasalnya, bahan baku DME yang berupa batu bara jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Menjalankan produksi DME bagaikan memanfaatkan kekayaan alam untuk kepentingan masyarakat luas.

Fasilitas pemurnian itu ditargetkan selesai digarap pada 2026. Ini artinya, DME akan dapat dinikmati masyarakat pada tahun 2026 atau 3 tahun lagi.

Apakah Harga DME Lebih Murah Dari LPG?

apa itu DME
Gas DME (Foto: Nawacita.co)

Pertanyaan harga DME tentu menjadi pembahasan paling menarik, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga karena semakin mahalnya harga gas elpiji non subsidi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif pernah membandingkan DME dan elpiji. Menurut Arifin DME lebih hemat ketimbang LPG. Alasannya, pembakaran DME lebih efisien daripada elpiji, sehingga lebih sedikit sisa-sisa fraksi karbon yang terbuang.

Begitu juga dengan proses produksinya, DME lebih mudah dan murah. Produksi DME dilakukan langsung di tambang tak perlu ada ongkos angkut batu bara ke tempat lain.

Memang belum ada harga pasti DME. Namun dipastikan, DME bakal memiliki harga yang lebih murah dari LPG. Pemerintah juga telah meminta agar harga DME dibuat lebih murah daripada elpiji agar masyarakat mau pindah dari LPG ke DME.

Apakah Pengguna DME Harus Ganti Kompor?

Kementerian ESDM telah melakukan uji coba penggunaan 100 persen bahan bakar DME pada kompor elpiji konvensional.

Proses ini merupakan bagian dari modifikasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian ESDM dalam mengoptimalkan penggunaan DME di masyarakat.

Modifikasi dilakukan pada sistem pengapian kompor, terutama pada kepala burner dan nozzle. Modifikasi ini bertujuan agar pengguna kompor elpiji konvensional yang ingin beralih ke bahan bakar DME tidak perlu lagi membeli kompor khusus untuk bahan bakar DME.

Pengguna hanya perlu membeli onderdil kompor yang terkait dengan sistem pengapian, sehingga pembakaran dapat berlangsung lebih sempurna.

Namun, ada sedikit perbedaan durasi memasak antara gas DME dan elpiji. Ada kemungkinan waktu memasak akan lebih lama dan lebih banyak energi yang digunakan.

Sebab, DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sementara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg.

Waktu memasak DME diperkirakan lebih lama 1,1 sampai dengan 1,2 kali dibandingkan dengan menggunakan elpiji.

Meski begitu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.

Nah, kira-kira akan pilih elpiji atau DME?

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button