Kanal

Kisah Akhlak Para Wali: Kedermawanan Seorang Tuna Netra

Alkisah, suatu hari seorang pria yang terlilit hartanya berjalan melewati seorang tuna netra tanpa mengucapkan salam kepadanya. Sang tuna netra pun merasa heran dengan bertanya kepadanya:

“Mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?

“Aku malu, sebab aku masih memiliki hutang kepadamu. Aku tidak ingin engkau mengetahui bahwa aku berada di sini,” jawab orang itu.

“Jika demikian, engkau kubebaskan dari segala hutangmu. Ayo ikut aku ke rumahku,” ujar sang tua tua netra.

Ia lalu mengajaknya ke rumahnya dan memuliakannya!

Hikmah Di Balik Kisah

Ucapan salam tampak sederhana, akan tetapi sarat dengan makna. Dalam sebuah Hadis, Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا

“Laa tadkhulul jannata hattaa tu’minuu, walaa tu’minuu hattaa tahaabbuu, awalaa adullukum ‘alaa syai-in idzaa fa’altumuuhu tahaababtum? Afsyus salaama bainakum”

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)

Jika kita simak, ucapan salam merupakan sebuah doa yang luar biasa. Setiap orang yang mengucapkan salam telah mendoakan saudaranya dengan tiga doa, yaitu memohonkan untuknya keselamatan, rahmat dan keberkahan. Seseorang yang mengerti hakikat ucapan salam tentu akan merasa sangat menyesal ketika dia tidak memperoleh ucapan salam dari Muslim lainnya. Baginya, ucapan salam tersebut lebih berharga daripada dunia dan segala isinya.

Membayar hutang memang sebuah kewajiban yang harus ditunaikan. Seorang yang beriman tentu akan merasa sangat malu ketika bertemu dengan orang yang memberikan pinjaman kepadanya sedangkan ia belum mampu melunasi hutangnya. Lain halnya dengan mereka yang tipis imannya, kendati memiliki uang untuk melunasi hutangnya, ia enggan melunasi hutangnya, bahkan tanpa rasa malu ia sanggup mengemukakan berbagai alasan palsu untuk mengelabui orang yang memberikan pinjaman kepadanya. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda:

من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدى الله عنه، ومن أخذها يريد إتلافها أتلفه الله.

“Man akhadza amwala an-nasi yuridu ada-aha addaallahu anhu, wa man akhadza yuridu itlafaha atlafahullahu,”

“Barangsiapa yang mengambil harta manusia, (dan) ingin melunasinya, niscaya Allah akan melunaskan atasnya dan barangsiapa yang mengambil (dan) ia ingin menghilangkannya niscaya Allah menghilangkannya,”. (HR Bukhari)

(Dikutip dari Habib Ahmad bin Hasan bin ‘Abdullah Bin ‘Alwi bin Muhammad Ahmad Al-Haddad, Tatsbitul Fuad, juz.2. hal.32)

[Kalam Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button