Market

Lupakan Waskita Karya, Menteri Etho Sebut BUMN Masuk Fortune 100 Karena Transformasi

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menegaskan masuknya BUMN dalam laporan daftar terbaru 100 perusahaan terbesar di Indonesia atau Fortune Indonesia 100 merupakan keberhasilan transformasi BUMN yang terus bergerak ke arah yang lebih baik.

Walaupun BUMN Karya saat ini sedang terlilit utang menembus Rp 46,21 triliun. Bahkan terpaksa harus masuk program restrukturisasi. Terakhir bank anggota Himbara menghentikan kredit bagi BUMN Karya ini.

Jadi masuknya beberapa BUMN ke daftar Fortune Indonesia 100 dapat mengobati kepenatan melakukan restrukturisasi BUMN Karya.

“Alhamdulillah kalau kita lihat, empat dari lima besar itu BUMN. Dari sepuluh besar, BUMN-nya ada tujuh, ini hal yang luar biasa dan patut mendapatkan apresiasi,” ujar Etho, sapaan akrab Erick Thohir seperti dikutip dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Kamis (10/8/2023).

Dalam daftar tersebut, Erick menyebut Pertamina yang duduk di peringkat teratas dengan pendapatan sebesar Rp1.323 triliun, PLN di peringkat kedua dengan pendapatan Rp441 triliun, BRI di posisi keempat dengan Rp208 triliun, dan Mandiri di peringkat lima dengan Rp161 triliun.

Kemudian ada Telkom di peringkat enam dengan Rp147 triliun dan MIND ID di peringkat ketujuh dengan Rp126 triliun.

“Total ada 18 BUMN yang masuk dalam 100 perusahaan terbesar di Indonesia, bahkan hampir separuh dari total pendapatan Fortune Indonesia 100 itu berasal dari BUMN. Ini menjadi bukti bahwa kerja keras direksi, komisaris, dan seluruh insan BUMN membawa hasil yang positif bagi kinerja BUMN,” ucap Erick.

Erick bersyukur sejumlah langkah transformasi, baik dari sisi perubahan model bisnis, holdingisasi, hingga inovasi berhasil membawa pertumbuhan yang signifikan bagi BUMN. Dengan begitu, Erick menilai BUMN dapat kian berkontribusi bagi negara dan masyarakat.

“Ini sesuai dengan komitmen awal kita, BUMN harus sehat, hal ini terbukti dengan laporan Fortune Indonesia 100, harapannya tentu BUMN bisa mengoptimalkan pertumbuhan untuk program-program kerakyatan, termasuk membuka lapangan kerja,” ujar Erick.

Editor-in-Chief Fortune Indonesia Hendra Soeprajitno mengatakan mayoritas daftar Fortune Indonesia 100 berasal dari perusahaan energi dan batu bara yang secara bersama-sama mencatatkan kinerja tertinggi sepanjang masa.

Kemudian juga ada pendatang baru dari perusahaan yang bergerak di dunia teknologi hingga konsistensi industri perbankan Tanah Air yang tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja secara gemilang.

Hendra menyampaikan BUMN mendominasi lima besar yang hanya ada Astra Internasional yang dari swasta duduk di peringkat ketiga.

“Ada 18 BUMN yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini. Total pendapatan mereka mencapai Rp2.763,31 triliun atau setara 49 persen dari total pendapatan Fortune Indonesia 100,” ucap Hendra.

Hendra mengatakan standar untuk masuk dalam Fortune Indonesia 100 kian meningkat dari masa ke masa. Hal ini seiring pulihnya perekonomian Indonesia yang diikuti dengan membaiknya kinerja para perusahaan yang ada di dalamnya.

Pada 2021, sebuah perusahaan setidaknya harus membukukan pendapatan Rp8,41 triliun agar bisa masuk dalam daftar bergengsi ini, sementara pada 2022 harus membukukan pendapatan minimal Rp10,51 triliun.

“Total pendapatan dari 100 perusahaan terbesar di Indonesia ini pada 2022 lalu mencapai Rp 5.632,52 triliun atau naik 28,55 persen dibandingkan periode sebelumnya. Artinya perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini berkontribusi terhadap 28,75 persen perekonomian tanah air, yang sebelumnya hanya 25,81 persen,” ucap Hendra.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button