Market

Menggugat Data Kemiskinan BPS, PEPS: Angkanya Jauh dari Akal Sehat

Data kemiskinan absolut atau ekstrem yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) digugat  Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan. Lantaran, angkanya jauh dari akal sehat. Tak pas dengan kondisi riil.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (15/5/2023), Anthony menyampaikan hasil kajiannya. Data BPS dinilainya tak pas dengan kenyataan. Dimulai dengan data BPS pada 2022 yang menyatakan bahwa kebutuhan gizi minimum harian, mencapai 2.100 kilokalori. Dan, garis kemiskinan ditetapkan Rp535.547 per orang per bulan.

“Kemiskinan absolut atau ekstrem adalah kondisi di mana pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi minimum harian. Sehingga, dalam jangka panjang, akan mengganggu pertumbuhan manusia. Menimbulkan stunting dan sebagainya,” papar Anthony.

Data garis kemiskinan BPS sebesar Rp535.547 per orang per bulan, terdiri dari garis kemiskinan non-makanan Rp138.422 per orang per bulan, dan garis kemiskinan makanan Rp397.125 per orang per bulan. Khusus yang terakhir, setara dengan Rp13.000 per orang/hari. Atau sekitar Rp4.500 untuk satu kali makan. Dan, BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,36 juta orang.

Dari data di atas, Anthony menemukan keanehan. Bagaimana mungkin, duit senilai Rp4.500 cukup untuk biaya makan sekali. Kalau pun cukup tentunya tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi (minimum) sebesar 2.100 kilokalori per hari. Atau sekitar 700 kilokalori sekali makan.  “Artinya, mustahil, uang sebesar Rp13.000 per hari, bisa memenuhi kebutuhan gizi minimum 2.100 kilokalori per hari,” ungkapnya.

Masuk akal. Harga mi instan saja sekitar Rp3.000 per bungkus, jumlah kalorinya hanya 300 kilokalori. Jadi perlu lebih dari 2 bungkus untuk memenuhi kebutuhan kalori minimum. Perhitungan BPS terkait garis kemiskinan sebesar Rp535.547 per orang per bulan, masih di bawah perhitungan Tim Kompas yang mencapai Rp663.791 per orang per bulan, atau Rp22.126 per orang per hari.

Menggunakan kriteria Tim Kompas, terdapat 183,7 juta orang, atau 68 persen dari jumlah rakyat Indonesia, masuk kategori miskin. Karena tak mampu memenuhi kebutuhan gizi harian seimbang yakni 4 sehat 5 sempurna. Data BPS juga tak sejalan dengan analisis FAO yang menunjukkan ada 69,1 persen penduduk Indonesia yang tidak mampu membeli pangan bergizi.

“Garis kemiskinan rata-rata nasional sebesar Rp22.126 per orang per hari lebih masuk akal. Uang sebesar itu hanya cukup memenuhi kebutuhan dasar gizi harian berdasarkan 4 sehat, 5 sempurna. Bukan untuk makan mewah,” papar Anthony.

Oleh karena itu, menurut Anthony, angka garis kemiskinan yang ditetapkan BPS pada 2022, perlu direvisi. Karena pendapatan Rp13.000 per orang per hari, sudah tidak realistis, dan tidak manusiawi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button