Market

Menko Luhut Jangan Omong Doang, Tangkap Penyelundup Bijih Nikel ke China

Lagi-lagi, Menko Maritim dan Investasi (Marves), Luhut B Pandjaitan mengaku sudah tahu siapa pelaku penyelundupan bijih nikel sebanyak 5,3 juta ton ke China. Akibatnya, negara dirugikan Rp14,5 triliun. Meski sudah tahu, pelakunya belum ditangkap hingga kini.

Pengamat ekonomi energi dari UGM, Fahmy Radhi mengaku heran karena Menko Luhut sudah dua kali mengaku tahu pelaku penyelundupan bijih nikel, yang jelas-jelas merugikan negara itu. “Ini bukan pertama kalinya lho. Kalau Pak Luhut tahu, kenapa enggak suruh KPK tangkap orangnya. Kalau begini, Pak Luhut seolah-olah hanya lip service atau omong kosong saja,” kata Fahmy, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Penyelundupan bijih nikel ke China ini, menurut Fahmy, merupakan bentuk perlawanan terhadap program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Jokowi. Sebagai menko yang paling dipercaya Jokowi, Luhut seharusnya membongkar kasus ini. Bukan malah sebaliknya, bermain-main di ranah retorika. “Menyelundupkan bijih nikel ke China ini, jelas melawan dengan program hilirisasinya Presiden Jokowi. Seharusnya bisa cepat dibongkar kasus ini. Bukan malah digoreng-goreng terus,” tuturnya.

Baca Juga:

Meski Ada Bentrokan Pulau Rempang, BP Batam: Proyek Jalan Terus

Menko Luhut mengaku terus berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap kasus ekspor bijih nikel ilegal sebanyak 5,3 juta ton ke China. Data terbarunya, bijih nikel itu berasal dari Kalimantan Selatan.

“Yang 5,1 juta ton itu kan? Sekarang ini dengan digitalisasi itu sudah kita bicara dengan KPK. KPK sudah telepon saya menjelaskan karena mereka yang dapat dengan kami, karena semua digitalize, kita sudah urut dari China mana asalnya itu, asalnya itu dari Kalimantan Selatan,” tutur Menko Luhut di Jakarta, Kamis (7/09/2023).

Dirinya pun kembali menyebut sudah tahu pelakunya. Saat ini, Kemenko Marves tengah menyelidiki bijih nikel yang tercampur pada ekspor besi baja (iron).

Baca Juga:

Bulan Depan Beroperasi, Izin Operasi Kereta Cepat Masih Belum Jelas

“Tapi sekarang kita yang selidiki itu nikel yang tercampur dengan iron ada di dalamnya. Pertanyaannya, apakah ini disengaja atau tidak, lagi kita cari. Kadarnya apa, kadarnya rendah 0,5,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah kini sedang mengupayakan agar semua sistem pencatatan dan pengawasan digitalisasi, sehingga mudah dilacak. “Jadi, semua lagi kita investigasi, kalau untuk batu bara sudah sangat sulit untuk nipu karena sudah digitalize, sekarang nikel kita masukin dengan Jaksa Agung, dengan KPK juga bicara semua akan kita masukkan digitalize, sehingga kita bisa trace semua,” paparnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button